Quantcast
Channel: SEJARAH BONE
Viewing all 127 articles
Browse latest View live

Mengenal 'Parakang" Mahluk Jadi-jadian

$
0
0
Sebuah Kisah 

Adalah Istilah "Parakang Pariso Pallo" dalam bahasa Bugis).
Malam itu jum'at, ketika bumi sangat hening dan masyarakat kampung sedang tidur nyenyak melayari mimpi, atau mungkin pasangan suami isteri sedang berhubungan dengan posisi masing-masing. Tetapi cerita ini berakhir saat terdengar raungan halus, namun seperti sangat dekat,“Huaaarrrr… Huarrrrr…. Ghhaaaaarr….”. Tiba-tiba semua terjaga dari tidur akibat bunyi sayup-sayup itu. Kulihat lampu pendaflour berkelip-kelip di siling atap bata. Kuusap-usap mataku, sama, lampu berkelip-kelip begitu juga. Di luar hujan turun dengan lebat, tempiasnya masuk di celah-celah bata keping yang menjadi atap itu. Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi.
“Huuuaaarrrrr…., thaapss…!” suara seperti rektum tercabut dari dubur dan tempias ke sebuah mulut seper-sekian detik, seorang korban kehilangan rektum beserta ususnya.
Parakang manusia jadi-jadian di Sulawesi Selatan 
        Parakang adalah satu jenis makhluk jadi jadiandi daerah Bugis-Makassar yang sangat ditakuti. Parakang bisa mengubah diri menjadi bermacam-macam wujud: pohon pisang, kambing, tangkai-tangkai bambu atau "ampoti", (bahasa Bugis terj : keranjang anyaman dari daun kelapa tempat bertelur ayam). Mahluk ini adalah *seseorang yang bisa berubah-ubah menjadi hewan, benda dan apa saja yang bentuk dan modelnya aneh dan menyeramkan, tampak beda dengan asli (obyek yang ditirunya)
Contohnya, dia berubah menjadi Anjing maka anjing hasil jelmaan manusia yang mempunyai ilmu parakang ini beda dengan anjing betulan, perbedaannya hasil setelah jelmaannya maka anjing tersebut tidak mempunyai ekor dan kaki belakangnya lebih tinggi.
Jelmaan lainya  bisa juga berubah menjadi kucing, babi, kambing.dan hewan-hewan lainya. Yang membedakan dia tidak mempunyai ekor/buntut.

Parakang manusia jadi-jadian bukanlah hantu juga bukan sejenis bangsa jin atau makhluk halus tetapi manusia yang salah dalam proses awal menimba/ menerima ilmu tentang "pesugihan/kekayaan", tetapi pada daerah tertentu pakkissa atau orang yang memberi kisah, cerita tentang parakang ini terkorelasi dengan keadaan pattennung, atau orang yang membuat kain tenun dari bahan ulat sutra (tapi asbab cerita ini terpotong, insyaAllah akan kami cari tahu silang kait pattennung ini dengan parakang ), tetapi secara sebab menjadi parakang ini (disamping sebab sebelumnya yang kami ceritakan tadi ), juga oleh banyak sumber mengatakan "sebenarnya adalah manusia yang menuntut ajaran ilmu hitam untuk mencapai kehidupan abadi juga hal yang berkaitan dengan kekayaan".

Parakang bagian dari anggota masyarakat di Sulawesi Selatan, (maksud kami terdapat satu buah kampung yang seluruhnya adalah parakang pada daerah tertentu, dan meregenerasi  sebab menjadi hal turun-temurung. Apabila orang tuanya adalah seorang parakang, maka anaknya pun akan jadi parakang seolah garis taqdir hidupnya demikian.
Pada umumnya parakang di siang hari ia tampak seperti manusia biasa, hanya matanya tetap kelihatan merah,  sumber mengatakan bahwa sorot matanya memang bikin bergidik, entahlah…. , sedang pada malam hari ia bekerja berkeliaran ke kolom kolom rumah atau sesekali sesuatu berkelebat melintas di jendela rumah, dengan mencari kalau kalau ada yang bisa atau mumpuni di isap rektumnya atau dalam dialektika bahasa Bugis disebut, “ri iso pello na”. Adapun hal /obyek yang sangat suka di dekati parakang bahkan seolah ia tersihir mendekat diluar kesadarannya yaitu adanya orang sakit, atau orang yang baru saja meninggal, juga teridentifikasi oleh sumber mengatakan bahwa , "parakang ini sangat menyukai janin, juga bayi sebagai santapan yang paling enak. Kemestian menyantap atau mengisap rektum ini  menjadi seolah utang yang tak terbayar jika tidak dapat melaksanakan hajatan tersebut, maka jika tak menemu obyek manusia, alternatif lainya adalah mengisap rektum kerbau peliharaan milik masyarakat.

Hingga kini parakang sangat ditakuti terutama oleh ibu-ibu di kampung yang memiliki balita, perawan, orang sakit, terlebih lagi orang sekarat, kategori terakhir ini sungguh sangat di sukai oleh Parakang, seolah melihat sebiji nangka atau buah-buahan lain yang matang sempurna dan menggiurkan untuk dicicipi. Dan hasil wawancara mengatakan bahwa si parakang ini / ke-perubahannya atau je-jadijadiannya terjadi di luar kesadaran, dan tak memilih waktu malam atau siang, hal ini  mencadi cerita umum di Sulawesi Selatan, maka bila seseorang sedang diambang kematian atau sekarat, semacam cam/waspada dari semua famili si sakarat telah mengantisipasi menahan laju dekatnya parakang tersebut, demi ia tak mengisap rektum orang sekarat dan yang sudah meninggal tersebut, cerita tentang ini sekali waktu, ada orang yang sudah meninggal, tersebutlah diantara pengunjung menengok si mayat tersebut, tetapi kecolongan ternyata yang menengok itu adalah parakang, untung saja ia di cegat dengan cepat saat wajah orang tersebut berubah menegang keras dan lidahnya telah menjulur .

fenomenal : Proses menjadi dan ke-abadian Parakang
Jika seorang parakang sedang sekarat bisa sebab ketuaan /menghadapi sakratul maut, ia akan tarus mengulang-ulang kata” lemba …“(pindah : bahasa makassar) sampai ada seorang dari keluarganya yang mengiyakan/ rela dirinya menerim jadi parakang. Meskipun ia hanya menyampaikannya di dalam hati, (barulah parakang tua tersebut dapat menghembuskan napasnya terakhir kali/mati) faktor yang menyebabkan ia menerima /dengan menyetujui hal tersebut berpindah padanya “lemba”/rela menerima, lebih dominan disebabkan oleh perasaan kasihan kepada orang tuanya atau siparakang tersebut, sebab si Parakang itu begitu menderita jika ilmu tersebut tidak berpindah, bahkan ruhnya tak dapat meninggalkan raganya, sangat tersiksa...

Dan keadaan ini, proses lemba sudah menjadi kebiasaan bagi org yang menjadi parakang tersebut tidak bisa meninggal dunia sebelum ada sanak keluargannya menerima ilmu tersebut. iyakanlah maka anda parakang selanjutnya.

Sedetik sebelum parakang
Efek dari keadaan ini maka pantang / pamali /pemmali,/larangan keras untuk orang lain (yang bukan parakang , bertandang kerumah keluarga yang berstatus parakang (sebab ketahuan), meskipun sebab menghargai si obyek parakang sebagai status tidak di sebarluaskan,

Dalam hasil ahli terawang ke-pengenalan, sekali waktu mereka ditangkapi dengan menggunakan kurungan ayam sebagai perangkap, keadaan ini terkait dengan istilah "parakang menyogok dengan emas " agar identitasnya tetap di rahasiakan oleh pawang tersebut, terkadang pula masyarakat yang mengetahui akan keberadaan parakang ini, sering iseng dengan memasukkan belut/nus pada comberan rumah parakang, yang menyebabkan ketahuannya sebagai obyek/parakang karena ia akan mencari/menelusuri terus menerus dimana belut/nus tersebut berada, hingga comberan tampak kering lantaran belut tersebut harus tertangkap, hal ini masih sesuatu yang misterius bagi pelacak yang coba di ketahui.

-sebuah deteksi yang membenarkan penandaan dengan me-coba, perhatikan mata sang parakang tersebut?.(sebuah ket= jika bayang kita terdapat di matanya dlm keadaan terbalik bermakna dia itu memang parakang.

-jika ia berubah ujud pada (kadang malam juga siang) ia dapat menyerupai se- macam anjing dengan badan tak berbulu, cuma bila berlaku transformasi dari manusia ke parakang/ makhluk jejadian, pasti ia akan bertambah besar dan sangat kuat, (lengan dan tangan, kuku-kuku menjadi keras dan panjang, dan muka menjadi sangat huduh, dengan mata merah menyala, dan mulut menjadi besar dengan lidah terjulur kasar dan kesat, serta barisan gigi-gigi yang sangat runcing dan tajam. 

Parakang di rantauan
Parakang sebuah istilah
Banyak yang membenarkan bahwa keluarga parakang itu gadisnya cantik-cantik, merupakan renungan yang menggoda di mata orang/ pemuda, bahkan kehidupan mereka kaya, populernya istilah parakang ini terkait dengan sebuah kalimat bahasa Makassar "parakang doe" / parakang uang, dalam pengertian makhluk jejadian yang mencuri uang, teks ini juga menjadi kata kiasan di sulawesi selatan bermakna " mata duit-an", ada-ada saja sumber uangnya. Wallahu A'lam bishawab.

Antisipasi atau Penangkal Parakang.
Jika menemukan parakang, misalnya dengan wujud pohon pisang, orang dianjurkan untuk memukulnya sekali atau tiga kali saja. Jika sekali pukul dipercaya akan membunuhnya dan tiga kali akan membuatnya cacat. Itulah mengapa perempuan tetangga saya yang pindah itu dianggap parakang karena berjalan seperti orang dengan lutut kesakitan. Menurut orang-orang, suatu malam, perempuan itu tertangkap basah berwujud kambing dan dipukul dengan potongan kayu dilututnya sebanyak tiga kali. Sejak saat itulah ia berjalan dengan cara yang aneh. Makhluk parakang ni memang manusia, tapi kalau mati memang susah selagi keluarga atau familinya tidak ada yang rela menerima ilmu sesat  tersebut_Sebagai penerus...berMINATkah anda..?
(sangbaco.com)

Mamfaat Ping Blog

$
0
0
Cara Ping Blog Serta Manfaatnya, Buat para Blogger pasti tidak asing dengan namanya Ping Blogatau cara Melakukan Ping agar TentunyaArtikel Kita lebih cepat terindex Google, Adakah kaitanya Dengan SEO,Infonetmu sendiri percaya bahwa ping memang diperlukan untuk membantu search engin melihat lebih kata kunci pada blog kita.
Cara Ping Blog Serta Manfaatnya


Banyak tool online yang menyediakan layanan ping,baik manual maupun otomatis, adapun Manfaat dari adalah untuk menyampaikan informasi dari suatu blog ke search engine agar cepat terindex.Namun di Era secanggih ini, era dimana google pinguin sangat pandai mengindex,memilah dan memilih mana yang lebih cocok diletakkan di SERP apakah ping masih berguna atau bermanfaat? saya sendiri percaya bahwa ping masing bermanfaat kok. :)

Lalu bagaimana cara ping blog?  caranya mudah,kamu tinggal memasukkan URL blog kamu dan submit aja, berikut beberapa tool online yang bagus menurut saya untuk ping blog kamu. 
  1. http://www.pingomatic.com/
  2. http://googleping.com/
  3. http://www.auto-ping.com/
  4. Ping.in
  5. Pingoat.com
  6. www.totalping.com
  7. http://pingler.com/
  8. http://autopinger.com/
  9. http://pingmyblog.com/

Nah, daftar website diatas adalah beberapa situs ping yang bermanfaat untuk meningkatkan performa blogmu, demikian informasi Cara Ping Blog Serta Manfaatnya, semoga berguna!

Silsilah Raja-Raja Bone

$
0
0

Silsilah Raja, silsilah keluarga, bagan silsilah, ataupun diagram silsilah adalah suatu bagan yang menampilkan hubungan keluarga (silsilah) dalam suatu struktur pohon. Data genealogi ini dapat ditampilkan dalam berbagai format. Salah satu format yang sering digunakan dalam menampilkan silsilah adalah bagan dengan generasi yang lebih tua di bagian atas dan generasi yang lebih muda di bagian bawah. Bagan keturunan yang menampilkan semua keturunan dari satu individu memiliki bagian yang paling sempit di bagian atas.
Bagan leluhur, yang merupakan suatu pohon yang menampilkan leluhur seorang individu, memiliki bentuk yang lebih menyerupai suatu pohon, dengan bagian atas yang lebih lebar daripada bagian bawahnya. Beberapa bagan leluhur ditampilkan dengan seorang individu berada pada sebelah kiri dan leluhurnya di sebelah kanan.
Seperti halnya Raja-Raja Bone memiliki Silsilah seperti yang dimaksud di atas. Adapun Silsilah Raja-Raja Bone berikut ini diterbitkan oleh Lembaga Adat Bone bekerja sama Pemerintah Kabupaten Bone yang dieksplorer Lembaga Seni Budaya Teluk Bone via situs http://www.telukbone.org

Untuk melihat dan menelusuri Silsilah Raja-Raja Bone yang diterbitkan oleh Lembaga Adat Bone
Silakan Klik di sini

Buku Tamu

Perang Bone (1824-1905)

$
0
0
EKSPEDISI I  (1824)

Pasukan Belanda sedang menyerbu Bone.
Setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, Kesultanan Bone menjadi yang terkuat di seantero Sulawesi; sejak awal telah merdeka dan menyebarkan pengaruh ke seluruh negeri di Sulawesi; Kesultanan Luwu dan sejumlah negara kecil lain bersekutu dengan Bone, begitupun Kesultanan Soppeng. Setelah peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda, suasana masih tetap damai, namun setelah Sultan Bone meninggal pada tahun 1823, dan digantikan oleh saudarinya Aru Datu (bergelar I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din), pemerintah kesultanan mencoba merevisi Perjanjian Bongaya, beserta semua anggota persekutuan itu, yang jatuh atas pemerintahan itu, hukum yang sama harus diberlakukan. Antara tanggal 8 Maret sampai 21 September 1824, GubJend. G.A.G.Ph. van der Capellen mengadakan lawatan ke Sulawesi dan Kepulauan Maluku; semua penguasa datang memberikan penghormatan (juga perwakilan Ratu Bone), kecuali penguasa Suppa dan Tanete. Van der Capellen berharap bahwa perundingan dengan negara-negara tersebut tidak akan membawa keuntungan apapun; sekembalinya ke Batavia, sebuah ekspedisi dipersiapkan dan sekitar 500 prajurit diberangkatkan dengan membawa 4 meriam, 2 howitzer, beserta 600 prajurit pembantu pribumi untuk menghukum Bone.
Sultan yang kini terguling lari ke pedalaman dan penduduk tetap melancarkan serangan atas Belanda namun masalah di Tanete cepat dibereskan dengan baik. Meskipun Suppa masih kuat; LetKol. Reeder melancarkan serangan bersama 240 prajurit yang dipersenjatai sejumlah moncong senjata; pada tanggal 14 Agustus serangan diperbaharui: orang Bugis membiarkan pasukan Belanda mendekat tanpa ancaman apapun hingga di kaki sebuah bukit dan barulah mereka melancarkan serangan; setelah kehilangan sepertiga pasukannya, Belanda harus mundur. De Stuers menyerbu bersama komisaris pemerintahan Tobias ke Suppa dan makin mendekat; pada pagi hari tanggal 30 Agustus, operasi itu berhasil diselesaikan, setelah tembakan meriam peringatan ke benting musuh, namun kekuatan yang dibawa De Stuers tak cukup kuat. Dengan korban tewas sebanyak 14 jiwa dan 60 korban luka-luka, pasukan Belanda harus kembali dan harus melancarkan ekspedisi lain.

EKSPEDISI II (1825-1905)

Perang Bone adalah operasi militer yang dilakukan Belanda atas Kesultanan Bone pada bulan Januari 1825, dan dilaksanakan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger.
Latar belakang
Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen baru meninggalkan Celebes (sekarang Sulawesi) setelah ekspedisi terdahulu atas Bone dilancarkan secara besar-besaran atas batas pemerintahan Hindia-Belanda, di mana pasukan Belanda menaklukkan Pangkajene dan Labakkang, menduduki Tanete dan mengembalikan penguasa terguling ke atas tahta. Dengan 25.000 orang, mereka mengendalikan wilayah subur antara Tanete-Maros dan juga menduduki Bantaeng dan Bulukumba di bagian selatan; May. Wachs menaklukkan mereka di dataran Maros dan mengalahkan telak orang Bone; di sisi lain benteng milik pemerintah Maros, Bantaeng dan Bulukumba tak cukup kuat untuk mengalahkan serangan berdarah tersebut dan seluruh Celebes terancam kalah.
Ekspedisi
Ekspedisi besar-besaran dilancarkan di bawah pimpinan MayJend. Jozef van Geen; di saat bersamaan ia diangkat sebagai Komisaris Pertama Urusan Celebes dan Tobias dan Van Schelle, pegawai negeri sipil, disertakan untuk membantunya. Pasukan ekspedisi itu terdiri atas 4.100 orang, di mana 2.200 adalah serdadu, 1.100 pasukan dari Sumenep dan 800 jiwa dari pasukan penolong dari sejumlah negeri di Celebes yang menjadi antek Belanda; armada tersebut dipimpin oleh Kapt. Pietersen dan terdiri atas 7 kapal perang, 3 perahu meriam dan perahu panjang bersenjata. Pada tanggal 20 Januari 1825, Van Geen menerima jabatan komando tinggi dan seminggu kemudian tibalah kapal Louisa bersama komandan dan staf dari Makassar. Teluk Bone dipelajari dengan baik dan pantainya dijelajahi; dengan letak seperti itu, taruna kelas I Jan Carel Josephus van Speijk menandainya; ekspedisi berlanjut ke Bantaeng dan Bulukumba dan semua benteng ditaklukkan; armada tersebut melanjutkan perjalanan ke Bone, di mana angkatan Bone telah berkumpul di Sinjai; sekarang serangan di sayap (dipimpin oleh May. Gey van Pittius) dilancarkan dan orang Bone dihalau, namun berkelompok di mana-mana dan menebar ancaman untuk memotong jalur pulang; barulah mereka dapat dihalau oleh panah api dari perahu-perahu yang dipimpin oleh Zoutman.

Pendaratan di pantai Bajoe, 27 Maret 1825
Pada tanggal 15 Maret, pendaratan diakhiri, kerja lapangan dilakukan di pesisir dan di sana berdiri 5.000 orang Bone yang siap menyerang pasukan tersebut. Van Geen hanya mengizinkan roket ditembakkan ke arah para penunggang kuda Bone agar menimbulkan kepanikan di antara mereka dan serangan dapat dilanjutkan. Musuh menarik diri ke daerah pegunungan, yang di situ berdiri 7.500 pasukan cadangan, dan serangan mendadak dengan kekuatan besar dilancarkan melalui garis tembak melintasi rawa dan diusir. Van Geen mengizinkan husar Resimen VII menyerang di sayap, sementara May. Gey van Pittius mencoba mengatur perhatian atas Bone, di mana musuh menarik diri di daerah pegunungan itu. Mangara Bombang ditaklukkan dan di hari berikutnya pusat kekuatan musuh di Sinjai Besar harus ditaklukkan namun saat itu musuh sudah tidak ada. Pada tanggal 22 Maret, pasukan tersebut naik kapal ke Bajoe dan Bone ditaklukkan.
Bajoe dipertahankan, sejam berlalu, di mana pasukan Bajoe mengundurkan diri dengan dikawal melalui kubu, bersandar menuju rawa tak tertembus itu dan di sana dilakukan pertahanan dengan senjata berat. Setelah datang, pasukan Belanda menyerbu Bajoe dan pasukan Bone dihalau dalam misi tersebut. Pada tanggal 30 Maret, pasukan Belanda mencapai kubu pertahanan Bone; kotanya sendiri sudah ditinggalkan oleh penduduknya; sang Ratu juga telah melarikan diri dan di sana Van Geen mengumandangkan proklamasi penguasaan kembali hingga perundingan diselenggarakan. Le Bron de Vexela memimpin pasukan dalam jumlah besar ke Makasaar untuk membantu kekuatan persenjataan Belanda. Pada tanggal 20 Juni, armada tersebut berlayar ke Suppa, yang mempersiapkan diri untuk menyerang dan sebuah pernyataan ditujukan pada sultan. Sultan Suppa menyerahkan diri, senjatanya dilucuti dan ini menandai berakhirnya perang tersebut.
Sumber :
1900. W.A. Terwogt. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. P. Geerts. Hoorn
1900. G. Kepper. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900. M.M. Cuvee, Den Haag.
1876. A.J.A. Gerlach. Nederlandse heldenfeiten in Oost Indië. Drie delen. Gebroeders Belinfante, Den Haag.
 

Balada Arung Palakka

$
0
0
 
Satu bayi suci memberontak
Melepaskan diri dari dekapan
Rahim suci bunda
Bersamaan guntur menggelegar
Merobek sunyi di keheningan langit
Bayi sucimenalap dunia
Menerima kejadian – kejadian datang
Mendengar desing – desing huru
Arung palakka ... Arung Palakka... Arung Palakka
Laki – laki batu berdarah semberani
Jiwamu memberontak
Pikiranmu mau memberontak
Merontak...merontak... merontak
Panglima melampe'e gemme'na
Berhati rajawali
Pemberontakanmu , perlawananmu
Membawa kemuliaan batin
Bagi umat Tana Bone
Bimbinganmu keperdamaian
Arung Palakka...Arung Palakka...Arung Palakka
Laki laki malampe’e gemme’ na
Berdarah bangsawan
Penberontakanmu , pahlawanmu
Menjadi merah
Merah...merah...merah kotor
Bagi sejarah bangsa lain
Namun tuhanmu di arasi
Lebih mengetahui hakikat
Jiwa dan perasaanmu
Juga baktimu ....

By Mursalim/ Teluk Bone

Andi Pangerang Daeng Rani ( Kepala Afdeling / Kepala Daerah Bone ) Tahun 1951 - 1955

$
0
0
Andi Pangerang Petta Rani atau lengkapnya Andi Pangerang Petta Rani Karaeng Bontonompo Arung Macege Matinroe ri Panaikang lahira pada tanggal 14 Mei 1903 dari rahim seorang wanita bernama I Batasai Daeng Taco. Ayahnya adalah seorang bangsawan bernama Andi Mappanyukki yang kemudian dikenal sebagai raja Bone ke XXXI.

Awalnya beliau bernama Andi Pangerang Daeng Rani tapi kemudian masyarakat lebih familiar dengan Petta Rani. Tidak ada catatan mengenai perubahan ini, pun dengan waktu pastinya. Sementara itu nama Pangerang sendiri bermula dari sebuah peristiwa ketika beliau masih dalam kandungan. Ketika itu pasangan yang sedang menanti kelahiran anak mereka itu mendatangi orang tua mereka sambil membawa persembahan atau erang-erang dalam bahasa Makassar. Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan dalam nama Pangerang. Jadi Pangerang yang dimaksud bukanlah seperti Pangeran dalam bahasa Indonesia.

Dalam tubuh Andi Pangerang Petta Rani mengalir darah bangsawan murni dari dua kerajaan besar, Bone dan Gowa. Meski begitu sama sekali tidak ada sifat beliau untuk menjunjung tinggi darah bangsawannya. Berbagai sumber menyatakan kalau semasa hidupnya Andi Pangerang Petta Rani selalu berusaha untuk tidak terikat pada gelar kebangsawanannya. Hidupnya sederhana dan selalu menghormati orang lain meski saat itu feodalisme masih sangat kental di Nusantara.

Sifat tuna pamai atau rendah hati yang dimiliki beliau menurun dari sang ayah. Meski seorang bangsawan, Andi Mappanyukki tidak serta merta tunduk pada pemerintah kolonial Belanda yang memang terkenal senang mendekati para bangsawan. Andi Mappanyukki malah terang-terangan menentang kolonialisme sehingga sempat dibuang ke Selayar bersama keluarganya.

Andi Pangerang Petta Rani hidup dalam lingkungan yang keras dan egaliter. Sedari kecil dia sudah membiasakan dan dibiasakan hidup di antara rakyat kebanyakan tanpa harus berlindung di bawah previlige sebagai seorang bangsawan. Menurut cerita beliau sering memarahi kawan sepermainannya bila mereka segan menabrakkan diri ketika bermain bola. Teman-temannya mungkin masih segan mengingat Petta Rani adalah seorang bangsawan, tapi justru itu yang membuat Petta Rani menjadi tidak nyaman.

Andi Pangerang Petta Rani tumbuh menjadi anak muda yang cerdas, cakap dan berkeinginan kuat. Itu pula yang membawa karirnya di dunia militer dan pemerintahan meroket dengan cepat. Puncaknya adalah pada tahun 1956 ketika dia diangkat menjadi gubernur militer untuk wilayah Sulawesi di tengah suasana Indonesia yang masih kacau.

Andi Pangerang Petta Rani mempunyai 8 orang anak dari 3 orang istrinya. Istri pertama yang dinikahinya tahun 1929 bernama Basse Daeng Talanna. Perempuan yang meninggal tahun 1951 ini memberinya 5 orang anak. Istri keduanya bernama Daeng Karang, dinikahi di tahun yang sama dengan istri pertamanya. Daeng Karang memberi 3 orang anak. Tahun 1952 Andi Pangerang Petta Rani menikah untuk ketigakalinya dengan wanita bernama Ratna Winis Daeng Carammeng. Dari pernikahan ketiga ini mereka tidak dikarunia anak.

Selain terkenal sebagai seorang pejuang militer dan sipil, Andi Pangerang Petta Rani juga dikenal sebagai seorang pembina Persatuan Sepakbola Makassar (PSM). Kesuksesan PSM pada era 1950an hingga awal 1960an tidak bisa dilepaskan begitu saja dari Andi Pangerang Petta Rani. Beliau adalah sosok yang sangat dekat dan perhatian pada para pemain. ?Beliau sering meluangkan waktu untuk bertanya tentang kondisi pemain, termasuk kondisi keuangan atau rumah tangga mereka. Tak heran bila semangat pemain sangat tinggi bila mereka didampingi Andi Pangerang Petta Rani.

Banyak kisah yang menceritakan tentang keserdahaan seorang Andi Pangerang Petta Rani, termasuk kebiasaannya menaiki becak ke tempat tujuan meski dia masih berstatus gubernur. Beliau beralasan itu sebagai satu cara untuk mendekatkan diri dengan rakyat. Jabatan gubernur dan darah bangsawan hanya titipan, bukan untuk disombongkan; demikian kata beliau.

Banyak kisah yang menggambarkan betapa sederhana dan kuatnya kepribadian seorang Andi Pangerang Petta Rani. Sebagian orang malah menganggap beliau sebagai God Father, sosok yang mengayomi dan lekat dengan rakyatnya. Tak heran bila namanya diabadikan sebagai nama sebuah jalan besar di kota Makassar dan kota-kota lainnya.
Pertemuan Presiden Sukarno dengan raja-raja se-Sulawesi di Yogyakarta yang berakhir dengan pembubaran kerajaan tersebut. Dari kiri: Raja Bone Andi Mappanyukki, Presiden Sukarno, Sultan Buton La Ode Falihi, dan Gubernur Sulawesi Andi Pangerang Petta Rani

Kepiawaian Orang Bugis

$
0
0
Orang Bugis merupakan kelompok etnik yang berasal dari Sulawesi Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.

Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis berjumlah sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara bahkan mereka menyebar keseluruh dunia.

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi.
La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio.

Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain, Bone, Wajo, Soppeng, Luwu,Suppa, Sawitto, Sidenreng Rappang. Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar.

Dan komunitas suku Bugis terbesar terdapat di kabupaten Bone hingga tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Bone sebanyak 728.737 jiwa, terdiri atas 347.707 laki‐laki dan 381.030 perempuan. (Bone Dalam Angka 2013, Sumber www.bone.go.id)

Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu, Bone, Wajo, Soppeng, Luwu, Sidrap, Pinrang, dan Barru.  Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan.

Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi Pammana), Mario (kelak menjadi bagian Soppeng) dan Siang (daerah di Pangkajene Kepulauan)

Masa Kerajaan Bone

Di daerah Bone terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue. Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe. Adapun ade' pitue terdiri dari matoa Ta, matoa Tibojong, matoa Tanete Riattang, matoa Tanete Riawang, matoa Macege, matoa Ponceng.

Istilah matoa kemudian menjadi arung. setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua. pada masa Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif Bone semakin memperluas wilayahnya ke utara, selatan, dan barat

Masa Kerajaan Gowa

Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Gowa, Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial, dimana orang saling memangsa laksana ikan (Dalam bagas Bugis Bone disebut Sianre Bale). Kerajaan Gowa kemudian mendirikan kerajaan pendamping, yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa & Tallo) kembali menyatu menjadi kerajaan Gowa.

Masa Kerajaan Soppeng


Di saat terjadi kekacauan, di Soppeng muncul dua orang To Manurung. Pertama, seorang wanita yang dikenal dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng Riaja. dan kedua, seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri Sekkanyili yang memerintah di Soppeng Rilau. Akhirnya dua kerajaan kembar ini menjadi Kerajaaan Soppeng.

Masa Kerajaan Wajo

Sementara kerajaan Wajo berasal dari komune-komune dari berbagai arah yang berkumpul di sekitar danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan supranatural yang disebut puangnge ri lampulung. Sepeninggal beliau, komune tersebut berpindah ke Boli yang dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan supranatural.

Datangnya Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana) beberapa lama setelahnya, kemudian membangun kerajaan Cinnotabbi. Selama lima generasi, kerajaan ini bubar dan terbentuk Kerajaan Wajo. Kerajaan pra-wajo yakni Cinnongtabi dipimpin oleh masing-masing : La Paukke Arung Cinnotabi I, We Panangngareng Arung Cinnotabi II, We Tenrisui Arung Cinnotabi III, La Patiroi Arung Cinnotabi IV. setelahnya, kedua putranya menjabat sekaligus sebagai Arung Cinnotabi V yakni La Tenribali dan La Tenritippe.

Setelah mengalami masa krisis, sisa-sisa pejabat kerajaan Cinnotabi dan rakyatnya bersepakat memilih La Tenribali sebagai raja mereka dan mendirikan kerajaan baru yaitu Wajo. adapun rajanya bergelar Batara Wajo.

Wajo dipimpin oleh, La Tenribali Batara Wajo I (bekas arung cinnotabi V), kemudian La Mataesso Batara Wajo II dan La Pateddungi Batara Wajo III. Pada masanya, terjadi lagi krisis bahkan Batara Wajo III dibunuh. kekosongan kekuasaan menyebabkan lahirnya perjanjian La Paddeppa yang berisi hak-hak kemerdekaan Wajo. setelahnya, gelar raja Wajo bukan lagi Batara Wajo akan tetapi Arung Matowa Wajo hingga adanya NKRI

Orang Bugis Masa Konflik antar Kerajaan

Pada abad ke-15 ketika kerajaan Gowa dan Bone mulai menguat, dan Soppeng serta Wajo mulai muncul, maka terjadi konflik perbatasan dalam menguasai dominasi politik dan ekonomi antar kerajaan. Kerajaan Bone memperluas wilayahnya sehingga bertemu dengan wilayah Gowa di Bulukumba. Sementara, di utara, Bone bertemu Luwu di Sungai Walennae.

Sedang Wajo, perlahan juga melakukan perluasan wilayah. Sementara Soppeng memperluas ke arah barat sampai di Barru. Perang antara Luwu dan Bone dimenangkan oleh Bone dan merampas payung kerajaan Luwu kemudian mempersaudarakan kerajaan mereka. Sungai Walennae adalah jalur ekonomi dari Danau Tempe dan Danau Sidenreng menuju Teluk Bone.

Untuk mempertahankan posisinya, Luwu membangun aliansi dengan Wajo, dengan menyerang beberapa daerah Bone dan Sidenreng. Berikutnya wilayah Luwu semakin tergeser ke utara dan dikuasai Wajo melalui penaklukan ataupun penggabungan. Wajo kemudian bergesek dengan Bone. Invasi Gowa kemudian merebut beberapa daerah Bone serta menaklukkan Wajo dan Soppeng. Untuk menghadapi serangan Gowa, Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng membuat aliansi yang disebut "Tellumpoccoe".

Orang Bugis di Masa Kolonialisme Belanda

Pertengahan abad ke-17, terjadi persaingan yang tajam antara Gowa dengan VOC hingga terjadi beberapa kali pertempuran. Sementara Arumpone ditahan di Gowa dan mengakibatkan terjadinya perlawanan yang dipimpin La Tenri Tatta Daeng Serang Arung Palakka.

Arung Palakka didukung oleh Turatea, kerajaaan kecil Makassar yang berhianat pada kerajaan Gowa. Sementara Sultan Hasanuddin didukung oleh menantunya La Tenri Lai Tosengngeng Arung Matowa Wajo, Maradia Mandar, dan Datu Luwu. Perang yang dahsyat mengakibatkan banyaknya korban di pihak Gowa & sekutunya. Kekalahan ini mengakibatkan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya yang merugikan kerajaan Gowa.

Pernikahan Lapatau Matanna Tikka Raja Bone ke-16 dengan putri Datu Luwu, Datu Soppeng, dan Somba Gowa adalah sebuah peristiwa yang mengawali proses rekonsiliasi atas konflik di jazirah Sulawesi Selatan. Setelah itu tidak adalagi perang yang besar sampai kemudian pada tahun 1905-1906 setelah perlawanan Sultan Husain Karaeng Lembang Parang dan La Pawawoi Karaeng Segeri Arumpone dipadamkan, maka masyarakat Makassar dan Bugis baru bisa betul-betul ditaklukkan Belanda.

Kosongnya kepemimpinan lokal mengakibatkan Belanda menerbitkan Korte Veklaring, yaitu perjanjian pendek tentang pengangkatan raja sebagai pemulihan kondisi kerajaan yang sempat terjadi kekosongan pemerintahan setelah penaklukan. Kerajaan tidak lagi berdaulat, tapi hanya sekadar perpanjangan tangan kekuasaaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, sampai kemudian muncul Jepang tahun 1942 menggeser Belanda hingga berdirinya NKRI.

Mata Pencaharian Orang Bugis

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.dan ekonomi, bahkan saudar Bugis sampai ke mancanegara.

Sejak Perjanjian Bongaya yang menyebabkan jatuhnya Makassar ke tangan kolonial Belanda, orang-orang Bugis dianggap sebagai sekutu bebas pemerintahan Belanda yang berpusat di Batavia. Jasa yang diberikan oleh Arung Palakka, seorang Bugis asal Bone kepada pemerintah Belanda, menyebabkan diperolehnya kebebasan bergerak lebih besar kepada masyarakat Bugis. Namun kebebasan ini disalahagunakan Bugis untuk menjadi perompak yang mengganggu jalur niaga Nusantara bagian timur.

Karena orang Bugis tak mau diperintah Belanda maka mereka membentuk kelompok Armada mengambil paksa harta kompeni yang mulai menguasai seluruh kerajaan-kerajaan Bugis. Orang  Bugis merambah diseluruh Kepulauan Indonesia. Mereka bercokol di dekat Samarinda dan menolong sultan-sultan Kalimantan di pantai barat dalam perang-perang internal mereka. Orang-orang  Bugis ini menyusup ke Kesultanan Johor dan mengancam pendudukan Belanda di benteng Malaka. Orang Bugis memiliki prinsip kuat dan jiwa merantau dan loyalitasnya terhadap persahabatan orang-orang Bugis terkenal sebagai serdadu bayaran untuk memperdaya Belanda.

Orang-orang Bugis sebelum konflik terbuka dengan Belanda mereka banyak membantu   serdadu Belanda, yakni saat pengejaran Trunojoyo di Jawa Timur, penaklukan pedalaman Minangkabau melawan pasukan Paderi, serta membantu orang-orang Eropa ketika melawan Ayuthaya di Thailand.  Orang-orang Bugis juga terlibat dalam perebutan kekuasaan dan menjadi serdadu bayaran Kesultanan Johor, ketika terjadi perebutan kekuasaan melawan para pengelana Minangkabau pimpinan Raja Kecil.

Orang Bugis Piawai

Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka pun hingga Malaysia, Filipina, Brunei, Thailand, Australia, Madagaskar dan Afrika Selatan. Bahkan, di pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan terdapat sebuah kampung yang bernama Maccassar, sebagai tanda penduduk setempat mengingat tanah asal nenek moyang mereka.

Setelah dikuasainya kerajaan Gowa oleh VOC pada pertengahan abad ke-17, banyak perantau Melayu dan Minangkabau yang menduduki jabatan di kerajaan Gowa bersama orang Bugis lainnya, ikut serta meninggalkan Sulawesi menuju kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Di sini mereka turut terlibat dalam perebutan politik kerajaan-kerajaan Melayu. Hingga saat ini banyak raja-raja di Johor & selangor yang merupakan keturunan orang Bugis. Sehingga tak heran bila saat ini mereka masih saling berhubungan antara satu dan lainnya. Sedang kelompok etnik terdekat yaitu Toraja, Mandar, Makassar

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad ke-16, 17, 18, dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama di daerah pesisir. Selain itu budaya merantau juga didorong oleh keinginan akan kemerdekaan. Kebahagiaan dalam tradisi Bugis hanya dapat diraih melalui kemerdekaan.

Populasi Orang Bugis

Populasi Orang Bugis Tahun 2010 Kurang lebih '7 juta orang. Kawasan dengan populasi yang signifikan yaitu :
Seluruh Indonesia kurang lebih  6.359.000 jiwa (sensus 2010)   

Sulawesi :
Sulawesi Selatan     3.605.639     jiwa
Sulawesi Tenggara     496.410    
Sulawesi Tengah     409.709    
Sulawesi Barat     144.533    

Kalimantan :     
Kalimantan Timur     735.624    
Kalimantan Barat     137.239    
Kalimantan Selatan     70.460    

Sumatera :  
Riau     107.159    
Jambi     96.145    
Sumatera Selatan     42.977    
Bangka Belitung     33.582    
Kepulauan Riau     37.124    

Jawa      
Jakarta     68.227 jiwa, Jawa Barat 34.548 jiwa   
Malaysia    728.465 Jiwa
Singapura  : 15.374     (Sensus 1990)
(Dari Berbagi Sumber)
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Bugis, Indonesia, Melayu, dan lain-lain.


TO UGI / ORANG BUGIS/ SUKU BUGIS
Raja Ali Haji.jpgBacharuddin Jusuf Habibie official portrait.jpgJusuf Kalla.jpgDato Sri Mohd Najib Tun Razak.JPG
Muhyiddin-yassin 11.jpgAndi Ghalib.jpgErna Witoelar.jpgAndi Mattalata.jpg
Amir Syamsuddin crop.jpgAndi-km0.jpgSyahrulYasinLimpo2.jpgAndi Arsyil Rahman.jpg

Bukit Cempalagi, Riwayatmu Dulu

$
0
0
CEMPALAGI adalah sebuah kawasan yang terletak di pesisir Teluk Bone, tepatnya di Desa Mallari Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan sejauh 14 Km di sebelah Utara  Kota Watampone). Dari arah Timur, ia nampak seperti Penutup Payudara yang terapung, kemudian di sebelah Selatan adalah Tanjung Pallette dan di sebelah Utara itulah bukit Cempalagi.

Cempalagi terdiri dua kata yaitu, CEMPA dan LAGI, (Cempa artinya Asam, dan Lagi artinya Masih Mau). Dengan demikian Cempalagi bermakna  pohon asam dan buahnya dapat dimakan. Walaupun terasa kecut tetapi selalu membuat ngiler menimbulkan selera untuk memakannya, dan minta lagi. Dari penuturan masyarakat setempat, dulu di bukit itu terdapat Pong Cempa (Pohon Asam)  yang besar yang sering dijadikan sebagai tempat perlindungan dikala terjadi perang. Pada saat kekurangan makanan mereka mengambil buah asam untuk sekadar mengganjal perut. Barangkali inilah yang mengilhami sehingga tempat ini dinamakan Cempalagi.

Terlepas dari keanehan namanya, dengan melihat kondisi alamnya, gunung tersebut sebenarnya mempunyai potensi wisata yang beragam. Potensi wisata tersebut antara lain, wisata bahari/pantai, dan wisata alam.  Karena itu, bukit Cempalagi tersebut dapat diperhitungkan sebagai aset yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Bone di bidang pariwisata.

CEMPALAGI SEBAGAI WISATA SEJARAH

Cempalagi tidak lepas dari bagian rangkaian sejarah Bone yang panjang.  Di gunung itulah Raja Bone ke-15 Arung Palakka  mengucapkan sumpah janji untuk membebaskan rakyatnya dari ketertindasan sebelum melakukan rangkaian perjalanan panjang ke kerajaan Buton untuk selanjutnya ke Batavia dan ke Pariaman Sumatera. Hal itu terjadi pada abad ke-17 ketika pasukan Kerajaan Gowa mengejar Arung Palakka dan pengikutnya.

Yang menarik bukit Cempalagi ini bukan hanya aspek cerita , melainkan adanya beberapa ‘ Prasasti ’ yang dapat disaksikan sampai saat ini. Ketika Arung Palkka mencapai puncak  " kemurkaannya" dengan kesaktian sebagai seorang raja Ia mencakar " MAKKAREBBE " (Mencakar), menghentakkan tumitnya dengan kuat ( MATTUDDU') dan bersumpah (MATTANRO) untuk membebaskan rakyat Bone dari belenggu penjajahan Goa pada suatu ketika nanti, Tellabu Essoe ri Tengnga Bitarae.

Ketiga hal yang dilakukan oleh Arung Palakka ini melahirkan TIGA PRASASTI yang masih bisa dilihat sampai sekarang, antara lain:
  1. Akkarebbeseng (Bekas Cakaran Tangan) pada dinding gua;
  2. Attuddukeng (Bekas hentakkan kaki/tumit) di atas batu yang terletak di bibir pantai;
  3. Assingkerukeng (Simpul) melambangkan sumpah untuk membebaskan rakyatnya dari segala ketertindasan dibuktikan dengan simpul (singkeru) Karena dalam tradisi orang Bugis keseriusan sumpah biasanya dilambangkan dengan simpul mati. Maka dari itu prasasti tersebut dikenal dengan nama Assingkerukeng.
Bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut pasti mengenal betul di mana ketiga prasasti itu berada. Akkarebbeseng (bekas cakaran tangan) ditemukan pada batu di dinding gua sebelah kiri ketika turun sebelum mencapai sumur. Bagi masyarakat setempat gua tersebut disebut Liang Laungnge (gua lama  yang alam). Dikatakan demikian karena gua tersebut merupakan gua pertama diantara gua yang sering dikunjungi sebagai tempat rekreasi.

Assingkerukeng (simpul) diketemukan di sebuah gua di sebelah Utara gunung (bibir pantai). Uniknya yang disebut sebagai Assingkerukeng itu merupakan batu yang bentuknya lain dari pada yang lain. Sampai saat ini tempat tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat dan banyak dikunjungi orang memberikan sesajen untuk melepas nazar. Layaknya di tempat keramat lainnya, ditempat ini harus menjaga sikap untuk menghindari kualat mahluk ghaib yang menghuninya.

ATTUDDUKENG (Bekas hentakkan kaki/tumit) terletak di kaki bukit sebelah Timur sekitar 600 meter dari tempat Assingkerukeng yang tertera diatas lempengan sebuah batu berupa lubang yang berukuran kira-kira 38 Cm. Sebenarnya tempat itu merupakan bagian dari laut. Maka dari itu ia hanya kelihatan saat pasang sedang surut. Unniknya, meskipun berada di bagian laut, mata air yang menggelembung dari bawah dijadikan sebagai sumber air tawar oleh penduduk setempat pada musim kemarau.

Sebenarnya bila dilihat fisiknya sekarang, mungkin sulit dipercaya bahwa lubang tersebut sebagai bekas kaki Arung Palakka karena terlalu besar untuk ukuran kaki manusia. Akan tetapi boleh jadi keunikan itulah sehingga diperlebar oleh masyarakat setempat demi memenuhi kebutuhan akan air tawar pada waktu-waktu tertentu. Atau boleh jadi ukuran kaki Arung Palakka memang melebihi ukuran kaki orang lain pada umumnya.

CEMPALAGI SEBAGAI WISATA PANTAI BAHARI

Pesona Cempalagi sebagai ajang rekreasi bukan hanya sebatas paparan di atas. Letaknya di pesisir Teluk Bone sebenarnya kemungkinan menjadi objek wisata pantai dan wisata bahari. Sebagai pantai, Cempalagi menjanjikan panorama yang elok. Dipagi hari yang cerah, orang dapat menyaksikan bagaimana sang surya perlahan menampakkan diri dari persembunyiannya. Ia bagaikan muncul diantar gelombang laut yang saling berkejaran. Dengan rona kemerahan menyinari ribuan Raukkaju ( pohon )disepanjang bukit Cempalagi yang masih perawan itu, embusan angin laut, perahu nelayan saling berkejaran, burung laut yang sedang asyik main kucing-kucingan dengan mangsanya, kondisi masyarakat yang masih bersahaja, semuanya berpadu menggambarkan orginalitas mahluk Tuhan.

Dengan embusan angin laut dan keindahan pantai yang membentang sekitar 4 Km, pengunjung dapat menikmati beberapa kegiatan rekreatif baik dikala pasang surut maupun dikala sedang pasang naik. Dikala pasang sedang surut orang dapat menyusur pantai sambil mencari kerang laut dan kepiting, dan makan nasi sambil menguliti tiram mentah (Iya Nyameng). Dikala pasang sedang naik, orang dapat menikmati bagaiman berenang di laut lepas karena pantainya landai, berlayar, bahkan dapat dijadikan sebagai arena beberapa cabang olahraga yang dilombakan diberbagai event seperti dayung, layar, ski air, dan lain-lainnya. Namun, sayang fasilitas seperti itu belum tersedia.

Selain itu  dikejauhan sekitar 1,5 Mil dari pantai terdapat apa yang oleh penduduk setempat disebut Bone ( Bone artinya Pasir). Berupa pasir putih seluas 2,5 kilometer persegi. Tempat ini juga hanya kelihatan ketika pasang. Untuk mencapai tempat ini dapat ditempuh 1 jam dengan menggunakan Speed Boat jika  berangkat dari Cempalagi. Dan saat-saat tertentu masyarakat setempat biasa menjadikan tempat ini sebagai ajang pemburuan ikan. Karena ketika pesang sedang surut, banyak ikan yang terjebak digenangan air yang dikelilingi oleh tumpukan pasir. Ketika pasang sedang naik, air di kawasan ini jernih maka dari itu, cocok untuk dikembagkan menjadi taman laut untuk keperluan wisata bahari yang menjanjikan pemandangan antara lain ikan, makhluk laut lainnya.

CEMPALAGI SEBAGAI WISATA ALAM

Objek wisata lainnya adalah sebuah gua yang letaknya di bagian tengah bukit Cempalagi. Bagi penduduk setempat gua tersebut disebut sebagai Liang Baru’e (gua yang baru). Sebelumnya gua tersebut tidak banyak dikunjungi orang. Penduduk setempat hanya masuk dengan keperluan mengumpulkan kotoran kelelawar yang bisa digunakan sebagai pupuk kandang. Belum ada yang mengetahui dengan pasti ukuran gua tersebut. Hal itu karena banyaknya lorong yang belum dijangkau. Lorong yang sering dilalui memerlukan waktu 2 jam perjalanan untuk sampai pintu belakang yang menghadap ke laut. Itupun hanya dilakukan dengan bantuan lampu petromaks-strongking sebab keadaannya yang demikian gelap, banyaknya lorong, sesekali ada tebing dan jurang yang terjal sehingga sangat riskan ditelusuri dengan bantuan obor apalagi tanpa alat penerang sama sekali. Bahkan tanpa bantuan jasa  panduduk pengunjung dapat tersesat pada lorong-lorong yang berupa lingkaran setan penuh hantu.

Selain sebagai objek petualangan menarik, objek yang dijanjikan adalah antara lain rembesan air dari atas menembus atap goa kemudian membeku membentuk bebatuan yang baragam, kesejukan berada di dalam perut bumi, bagaimana tetesan air dari akar pepohonan, romantika bagi mereka yang sedang bercinta dan lain-lainnya. Pokoknya tanpa disadari pengunjung akan larut dalam renungan, melakukan tadabbur (perenungan) alam secara refleks yang berujung pada ungkapan betapa kuasa pencipta semua ini dan ungkapan kekaguman yang lain. Tidak akan ada pengunjung yang pulang dalam keadaan hampa tanpa kesan.

CEMPALAGI SEBAGAI POTENSI TERABAIKAN

Panorama bukit Cempalagi yang dipresentasikan di atas semuanya merupakan hidangan alam karunia Ilahi. Kurangnya kreativitas penduduk dan perhatian pemerintah setempat sehingga keindahan- keindahan itu masih dapat dinikmati pengujung secara gratis. Penduduk setempat pun lazimnya tidak mendapatkan imbalan apa-apa ketika dimanfaatkan sebagai Pemandu. Maklum, wawasan mereka yang masih sangat terbatas sehingga tidak mengenal nilai jual jasa pelayanannya sendiri secara professional. Padahal seandainya kreativitas itu ada, objek tersebut dapat dijadikan sebagai Ladang Mengais Recehan bahkan Dollar untuk menambah income penduduk dan pendapatan daerah kabupaten Bone. Tentunya dengan memanfaatkan nilai komersial yang dimiliki secara professional.

CEMPALAGI, PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Bone memikirkan pengembangan dan pemberdayaan potensi bukit Cempalagi ini. Pengembangan dan pemberdayaan potensi yang dimaksud dapat dilakukan dengan dua hal, antara lain :
  1. Pantai yang memanjang sekitar 4 Km ini tidak produktif dan dapat dikatakan masih perawan. Ia ditumbuhi pohon dan semak belukar secara liar diantara bebatuan yang bergerigi. Maka dari itu untuk mengadakan penataan, semak  belukar ini sebaiknya ditebangi digantikan dengan tanaman hias atau tanaman produktif lainnya. Pohon yang besar dipertahankan dan dirapikan untuk keperluan berteduh. Selain itu, bagaimana batu gunung yang besar dapat dilicinkan/ditata untuk keperluan duduk bersantai/rileks. Tumbuhan yang mengalami pandangan kelautan lepas dibersihkan, tentunya dengan memperhatikan kemungkinan terjadinya longsor atau kelestarian alam.
  2. Pembangunan sarana artinya fasilitas yang dibutuhkan dan yang dapat menarik minat wisatawan lokal bahkan wisatawan mancanegara semestinya diadakan.  Membangun jalan setapak dan saum (tempat istirahat) disepanjang pantai, akan memperindah suasana. Kemudian membangun jerambah atau anjungan kelaut sekitar 300-500 meter yang dilengkapi dengan terminal pemancingan, membuat warung apung yang menawarkan es kelapa muda (kaluku lolo), juice buah lontar (bota), dan soft drink lainnya, serta makanan khas lainnya seperti ikan bakar, lawa bale, kepiting, cumi-cumi,dan sari laut lainnya, apalagi kalau dilengkapi dengan fasilitas penginapan untuk menikmati angin laut pada malam hari, penyewaan bagang dan lain-lain, pengadaan fasilitas olah raga pantai seperti perahu dayung, jet ski, ski air dan lain-lain sungguh akan mengangkat kawasan itu sebagai objek yang menarik dimata wisata.
Untuk mewujudkan gagasan ini mungkin akan ditemui beberapa kendala seperti sikap masyarakat setempat yang masih sangat bersahaja dan wawasan sempit. Oleh karena itu pihak pengembang (sekiranya ada) akan berhadapan dengan prinsip masyarakat yang menganggap pariwisata akan menambah intensitas maksiat di daerahnya.

Kemudian, meskipun lahan-lahan dipantai itu tidak produktif bukan berarti bahwa tidak ada pemiliknya. Mereka mengklaim sebagai warisan dari pendahulunya meskipun mungkin tanpa akta/sertifikat kepemilikan. Namun, kedua kendala ini tentunya dapat selesai dengan pendekatan yang tepat dari pihak pemerintah dan pengembang tanpa pernah merugikan warga.

Kendala lainnya adalah tempat ini belum terjangkau aliran listrik dan jauh dari sumber air tawar. Namun kendala ini tidak begitu sulit diatasi sebab sekitar 400 meter dari tempat tersebut sudah terjangkau jaringan Listrik dari Kota Watampone, sedangkan air tawar selain mengandalkan mata air " Attuddukengnge " yang muncul ketika pasang sedang surut, sumur yang ada didalam gua dapat diberdayakan dengan pengadaan mesin pompa air atau mengadakan pengeboran.

Untuk mengetahui prospek potensi wisata ini lebih jauh, pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bone dalam hal ini  Dinas Pariwisata sebaiknya mengadakan studi kelayakan dan analisis yang cermat. Yakin bahwa dengan mengadakan studi kelayakan lebih lanjut akan muncul banyak ide dan gagasan untuk memberdayakan kawasan ini, sebab apa yang diutarakan dan ditulis ini hanyalah sebagian kecil dari Pesona Alam Cempalagi yang dapat disaksikan secara selintas dan tanpa pengkajian yang cermat.

Akhirnya, dengan harapan semoga pihak yang berkompeten Dinas Pariwisata untuk melakukan sesuatu yang terbaik yakni bagaiaman memberdayakan dan mengelola  bukit Cempalagi yang memiliki potensi, baik sejarah unik maupun panorma yang memukau menjadi objek wisata di Kabupaten Bone.

Siapa Sebenarnya Diri Kita Ini?

$
0
0
 
Mahluk paling sempurna diciptakan oleh Allah adalah manusia jika dibandingkan dengan mahluk yang lainnya, Termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan Tumbuhan. Tetapi kita sendiri sebagai manusia tidak tahu akan diri kita sebagai manusia.

Siapa diri kita ini? Dari mana asalnya? Mau ke mana nantinya? Dan yang paling penting adalah bagaimana kita menempuh kehidupan di dunia ini agar selamat di dunia dan akhirat nanti?

Dari berbagai sumber sebenarnya manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu:
1. Jasmani, yang terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah.
2. Ruh, yaitu terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa, yaitu nafsu, rasa dan perasaan. Terdiri atas 3 unsur yakni
a. Syahwat (darah hitam), yang dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, mengutamakan kebendaan/materialis), dan menjadi beban masyarakat.
b. Amarah ( darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah: angkuh, sombong, Merusak, Angkara murka, Menentang, dan Menjadi pengacau masyarakat.
c. Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, jujur, Berbudi luhur, Berakhlak Tinggi dan Mulia, dan Menciptakan kedamaian dan kasih sayang.

Selanjutnya alat dari pada Jiwa yaitu otak, yang terdiri atas 3 bagian juga, yaitu :
1. Akal (timbangan) haq atau bathil
2. Pikir (hitungan) Untung rugi
3. Zikir (ingatan) Ingat Allah

Jika diibaratkan mobil maka jasmani ini adalah Body dari pada mobil sedangkan Ruh sebagai Accu yang sifatnya hanyalah sebagai yang menghidupkan saja dan Jiwa adalah sopir atau yang mengendalikan dari pada mobilnya di mana dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan dari pada mobil itu sendiri. Jadi disini yang dikatakan manusia itu adalah Jiwanya di mana dialah yang bertanggung jawab atas perbuatanya.

Adapun mahluk yang diciptakan Allah yang menjadi musuh atau lawan manusia yaitu Iblis dan Jin kafir.

Ada 6 mahluk yaitu :
1. Malaikat, Dari Nur (cahaya) menerangi/mengawasi manusia.
2. Iblis, Dari Nar (Api), sifatnya merusak, merupakan musuh bebuyutan manusia.
3. Jin, Dari asap yang beracun, sifatnya memabukkan, merupakan penggoda dan juga membantu manusia.
4. Tumbuhan, Hanya mempunyai  naluri, berfaedah, untuk kebutuhan manusia.
5. Hewan, Syahwat, berfaedah untuk kepentingan manusia.
6. Manusia, Sebagai pengatur alam, pengurus dunia (khalifah rachmatan lil alamin).

Kemudian Corak-corak Manusia yaitu :
1. Mu'min, yaitu orang yang beriman dan merupakan seorang Muslim yang dapat memenuhi seluruh kehendak Allah, dan memiliki iman kuat dalam hatinya.
2. Kafir, yaitu  orang yang bersembunyi, menolak atau menutup dari kebenaran akan agama Islam.
3. Munafik, yaitu mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, namun sebenarnya hati mereka memungkirinya.

Perjalanan Kehidupan Manusia:
1. Alam Arwah/Ruh, Masih di dalam alam suci/takdir ketentuan
2. Alam Rahim, Di dalam Kandungan Ibu/Qadar ditentukan
3. Alam Dunia/Alam Qodho, Penyelesaian/Untuk sementara
4. Alam Kubur/Alam Barzah, Dalam tahanan alam Kubur/prefentif
5. Alam Mizan, Timbangan Alam dibangkitkanya kembali Manusia
6. Alam Yaumil Ma'lum ( Hari Pengumuman/Keputusan), Sorga bagi yang beramal baik; Neraka bagi yang beramal buruk.

Jasad / tubuh manusia sendiri mengandung 4 unsur yaitu :
1. Api
Jasad manusia mengandung unsur api, karena isi neraka adalah serba panas yang bahan bakarnya dari batu dan orang kafir. Selain itu setiap makanan yang kita makan jika prosesnya dimasak dulu tentu pasti menggunakan api atau panas. Api tidak dapat berdiri sendiri, dia untuk bisa hidup perlu unsur lain yaitu angin/udara (oksigen).

2. Udara / angin
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." (QS.Shaad (38):71-72).

Sesuatu yang hidup manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan tentu membutuhkan udara / oksigen. Kita juga membutuhkan udara (oksigen) untuk bernafas. Ini berarti tubuh kita juga mengandung unsur angin/udara.

3. Air
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS.Al Furqaan (25):54).

Yang dimaksud air tersebut adalah air mani yang mana air mani itu salah satunya mengandung unsur air. Selain itu tubuh kita juga mengandung air, darah mengandung air, makanan kita juga mengandung air. Itu semua artinya bahwa jasad kita mengandung unsur air.

4. Tanah
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." (QS.Shaad (38):71-72)

Yang dimaksud manusia pada ayat di atas adalah Nabi Adam AS. Selanjutnya unsur tanah tersebut diturunkan ke anak cucu Nabi Adam. Selain itu makanan yang kita makan sebetulnya adalah berasal dari tanah (saripati tanah). Dengan demikian berarti bahwa badan/jasad kita mengandung tanah.

Keempat unsur dalam tubuh manusia tersebut di atas, erat hubungannya dengan karakter yang dimiliki manusia sehingga mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri. Sehingga bisa dirangkum bahwa tubuh manusia terdiri atas empat unsur pembentuk utama, yaitu api, angin, air, dan tanah. Api sifatnya berdiri, angin sifatnya rukuk, air sifatnya sujud, dan tanah sifatnya duduk.

Konflik Berdarah, Bone Melawan Belanda

$
0
0
 
Jika mengupas perjalanan politik kerajaan Bone sejak perjuangan Arung Palakka memang amat menegangkan. Hubungan Bone dengan Belanda banyak diwarnai ketidakharmonisan pada masa raja-raja selanjutnya. Mereka memandang perjanjian Bongaya sudah tidak layak diperpanjang. Bahkan Belanda berkali-kali mengirim ekspedisi militernya demi memperbarui perjanjian tersebut.
Perang di Eropa membawa fitrah tersendiri di Nusantara. Jepang masuk memaksa dengan segala cara untuk menanamkan budayanya bagi orang-orang pribumi. Di sisi lain, tekanan-tekanan sosial amat dirasakan orang pribumi. ketertiban dan keamanan hilang, ekonomi hancur berantakan, kelaparan merajai situasi. Situasi seperti ini berlanjut hingga pergolakan menuju Indonesia merdeka.
Belanda tidak puas dan ingin bercokol kembali dan menduduki Benteng Rotterdam di Makassar yang kemudian melakukan ekspedisi brutal ke pedalaman Sulawesi Selatan. Mereka berintrik dengan menawarkan kesepakatan-kesepakatan menarik bagi raja-raja di Sulawesi Selatan termasuk Bone. Namun, tak seorangpun pribumi yang mendukung mereka.
Kebangkitan pergerakan nasionalis tak mampu mereka tumbangkan, meskipun terjadi pertumbahan darah yang dilakukan Westerling yang menjadi momok paling spektakuler di masa itu. Panji-panji Nasional Indonesia terus berkibar meskipun ribuan jiwa melayang sebagai tumbal perjuangan.
Gejolak muncul lagi lantaran perasaan tidak fair oleh golongan 45 yang tidak sepaham aksi Soekarno menandatangani perjanjian KMB (konferensi meja bundar). Indonesia nyaris pecah lantaran dibentuk menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Akibatnya, lagi-lagi bumi Celebes ikut bergejolak, walaupun kemudian gejolak itu perlahan mereda dan memasuki memasuki era perdamaian.
Bagaimana hubungan Bone dengan Belanda setelah Arung Palakka? Setelah perang melawan Gowa, terjadi perpecahan antar kerajaan di Sulawesi Selatan. Kini yang menjadi pemain tunggal adalah Bone sejak kehancuran Gowa, bahkan istana kerajaan Bone juga berdiri di Bontoala.
Hubungan antara Arung Palakka dan Speelman memang kelihatannya mesra, namun setelah Speelman meninggal karena malaria, maka hubungan Arung Palakka dengan Gubernur Jenderal Belanda di Batavia dipenuhi ketegangan yang diakhiri dengan tabuhan genderang perang. Itulah tabiat Arung Palakka, kalau sudah menyangkut harga diri dan bangsanya mereka akan menggigit tanpa ampun dan kenal siapapun dia. Perang antara Bone dengan Belanda tak terhindarkan, kedua belah pihak saling mengalahkan.
Belanda mengirim ekspedisi ke Bone tahun 1824 dan 1825 dengan misi memperbarui perjanjian Bongaya. Alhasil, melalui peperangan yang amat hebat, perjanjian Bongaya berhasil diperbarui pada tahun 1838. Tetapi tahun-tahun berikutnya kembali terjadi ketegangan di Makassar.
Hubungan dagang Singapura dengan Makassar mulai berkembang namun menimbulkan kondisi yang tidak nyaman bagi warga pribumi. Rakyat Bone mulai membangkan terhadap rezim kompeni Belanda di Rotterdam. Sehingga memaksa Jacob Rochussen selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda tahun 1845-1851 di Batavia, mengunjungi kerajaan Bone dengan maksud meredakan ketegangan, namun tidak berhasil.
Tidak berhasil membujuk orang Bone, maka Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu membuat laporan ke Amsterdam Belanda yang isinya menyatakan, bahwa perang melawan Bone harus segera dilancarkan, karena mereka tidak mau lagi tunduk pada pemerintahan, orang-orang Bone membuat laut tidak aman, mereka mengganggu perdagangan laut Belanda. Orang Bone harus dihadapi seperti melawan Arung Palakka.
Tetapi permohonan Jacob Rochussen selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda tidak mendapat restu parlemen Belanda di Amsterdam. Mereka khwatir kalau kembali menyerang Bone akan mengalami kerugian besar bagi pihak Belanda seperti pada waktu perang melawan Arung Palakka.
Sayang, pernyataan perang dari Amsterdam Belanda yang ditunggu-tunggu tak kunjung dikumandangkan. Bahkan, tahun-tahun kemudian Gubernur Jenderal Belanda selanjutnya Charles Ferdinand Pahud de Mortanges (1856-1861), pada tahun 1857 juga membuat laporan untuk mendapatkan persetujuan perang melawan Bone, namun juga tidak digubris dengan alasan yang sama.
Disaat yang sama, Bone terjadi pergantian takhta karena La Parenrengi Arung Ugi Wafat kemudian digantikan oleh We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara (Raja Bone Ke-28). Tahun 1857, Besse Kajuara memerintahkan kepada seluruh pedagang pribumi mengibarkan bendera Belanda dalam keadaan terbalik di kapal-kapal mereka. Kemudian Besse Kajuara memerintahkan kepada seluruh serdadu-serdadu pribumi dan negeri bawahannya untuk membangkan terhadap pemerintah Belanda.
Akibatnya, kesabaran Amsterdam habis, dengan berat hati harus rela mengeluarkan biaya perang, harta, dan nyawa. Pada tanggal 13 November 1858 Gubernur Jenderal Belanda di Batavia melimpahkan wewenang kepada Mayor Jenderal Steinmetz untuk melancarkan ekspedisi resmi pada tanggal 12 Januari 1859. Aksi ekspedisi pertama ini untuk mengirim ultimatum kepada Besse Kajuara agar mau berunding dengan Belanda.
Mayor Jenderal Steinmetz mengirim dokumen kepada Besse kajuara agar segera disetujui dengan batas waktu 3×24 jam. Namun sia-sia karena Besse Kajuara memilih harga diri dan martabat bangsanya dengan jalan perang. Menolak mentah-mentah bujukan Belanda dengan memilih perang.
Akibat penolakan itu, maka pada tanggal 12 Feberuari 1859, pasukan Belanda melakukan pengintaian selama beberapa hari diperairan Teluk Bone. Pada tanggal 18 Feberuari 1859 mereka mendarat dan menghabisi kampung-kampung pesisir Bajoe yang sudah ditinggal penghuninya. Namun, tentara Belanda gagal memasuki Watampone karena mendapat perlawanan sengit dari laskar kerajaan Bone. Bahkan Mayor Jenderal Steinmetz yang memimpin langsung serangan tangannya tertembak sehingga komando diserahkan kepad bawahannya Jacobus Anthony Waleson.
Usaha Belanda untuk menduduki Watampone selalu tertunda oleh cuaca buruk, serta hutan trofis, dan ketika mereka berhasil menduduki Watampone pada tanggal 28 Feberuari 1859 Watampone sudah kosong, akhirnya pasukan Belanda kembali ke Bajoe dan membuat pangkalan militer.
Di sana pasukan Belanda merancang taktik bagaiamana bisa menguasai Bone keseluruhan. Namun, pasukan Belanda mulai ciut dan lelah bahkan harus berjuang dan berperang dengan takdir. Jumlah Mereka semakin berkurang selain diculik oleh pasukan Bone tetapi juga diserang oleh penyakit.
Pada Tanggal 6 Maret 1859 sebanyak 161 prajurit Belanda terserang penyakit demam dan tujuh hari kemudian bertambah menjadi 210 prajurit. Akhirnya, terpaksa mereka pergi dan mengosongkan pangkalan militernya di Bajoe dan kembali ke Batavia. Ekspedisi mereka gagal total dan membawa kepedihan bagi Belanda.
Akibat kekalahan tersebut, Gubernur Jenderal Belanda harus berpikir keras menghadapi kenyataan pahit ini. Posisi para petinggi Belanda di Makassar menjadi terancam. Namun, berbagai intrik yang dimiliki Belanda memjadi salah satu penyelamat baginya. Belanda berusaha mendekati Singkeru’ Rukka dan membantu untuk menjadi raja di Bone pada tahun 1860.
Mulai disaat itulah Belanda kembali bersahabat dengan orang Bone, mereka menjalin hubungan baik dengan calon-calon raja Bone berikutnya. Mereka memberikan bantuan jika terjadi perselisihan perebutan takhta. Yang penting bagi mereka persahabatan bisa berjalan mulus.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Lapawawoi Karaeng Sigeri raja Bone ke-31 (1895-1905) hubungan Bone dengan Belanda kembali memanas seperti yang terjadi semasa Speelman dengan Arung Palakka. Lapawawoi Karaeng Sigeri sebelum menduduki takhta kerajaan Bone adalah seorang pendekar yang serupa Arung Palakka.
Lapawawoi Karaeng Sigeri pernah membantu kompeni Belanda menghancurkan Turatea. Sepulang dari perang itu, Lapawawoi Karaeng Sigeri diangkat menjadi penasihat kerajaan Bone. Kemudian pada tahun 1868 terjadi pemberontakan di Gowa dan Karaeng Sigeri berhasil meredamnya pada tahun 1877. Kompeni Belanda banyak berhutang budi kepada Karaeng Sigeri, sehingga ia mendapat kalung penghargaan.
Pada tahun 1895 kompeni Belanda mendudukkannya sebagai raja Bone ke-31, sekaligus meminta pembaruan kontrak perjanjian Bongaya. Karaeng Sigeri pada masa itu seolah sependapat dengan pikiran Belanda. Tapi sayangnya, hubungan keduanya tidak berjalan mulus.
Setahun kemudian, Karaeng Sigeri sudah merasa perlu melanggar perjanjian Bongaya. Pembesar kompeni Belanda di Makassar berkali-kali menegur Karaeng Sigeri namun tidak pernah digubris.
Pada tahun 1904 Belanda menerapkan cukai di Pelabuhan Dagang Makassar, hal ini membuat muak orang Bugis yang ternyata wajib membayar cukai. Sementara pada saat itu pangkalan militer milik Belanda di Bajoe sidah berubah menjadi pelabuhan dagang kecil milik kerajaan Bone dan mulai ramai karena banyak pedagang dari Cina. Pelabuhan Bajoe pada saat itu menjadi pangkalan kopra sebelum dibawa ke Makassar dan diambil oleh pedagang besar dari Cina. (Pelabuhan Bajoe awalnya merupakan bekas pangkalan militer Belanda yang dibangun oleh Mayor Jenderal Steinmetz tanggal 12 Feberuari 1859).
Melihat perkembangan pelabuhan Bajoe menjadi ramai, Bukan Belanda kalau tidak ikut ambil bagian. Disatu sisi mereka yang merintis pelabuhan di Bajoe, maka kantor dagang Belanda semestinya harus juga berdiri di situ. Untuk menghargai persahabatan Belanda membuat proposal kepada Lapawawoi karaeng Sigeri. Inti proposal itu adalah ” Belanda bersedia mengeluarkan uang  berapapun permintaan Karaeng Sigeri untuk mendirikan Lodji (kantor dagang) di Pelabuhan Bajoe”. Namun proposal cantik penuh bunga-bunga tersebut ditolak mentah-mentah oleh Karaeng Sigeri.
Awal tahun 1905 di bawah arahan Kolonel van Loenen Skuadron armada pasukan Belanda menduduki pelabuhan Bajoe. Mereka membuat onar di pelabuhan Bajoe. Mereka mengusir semua pedagang dan aktivitas jual beli. Kemudian pelabuhan Bajoe kembali seperti semula dijadikan sebagai pangkalan militer.
Watampone diserbu dan diduduki, Lapawawoi Karaeng Sigeri mundur ke daerah Palakka pasukan Belanda mengejarnya. kemudian Karaeng Sigeri mundur lagi ke Pasempe. keadaan genting seperti itu berjalan terus hingga sampai akhir November 1905. Di mana kedua belah pihak saling menyerang habis-habisan. Belanda menang setelah melewati ribuan mayat-mayat laskar kerajaan Bone  yang bergelimpangan.
Kabar kemenangan Belanda itu sampai ke Batavia, maka Belanda mulai merombak total sistem pemerintahan di kerajaan Bone, karena kalau tidak, maka kondisi akan terulang seperti semula. Maka pada tanggal 2 Desember 1905 Tellumpoccoe yang terdiri dari Bone,Wajo,dan Soppeng yang dinilai sangat menjengkelkan Belanda dibubarkan.
Setelah Tellumpoccoe dibubarkan kemudian disatukan dan diganti dengan nama ” Afdeling Bone” dengan pusat pemerintahan di Pompanua (ibukota kecamatan Ajangale sekarang) yang dikepalai oleh seorang Asisten Residen.
Selanjutnya Apdeling Bone dibagi menjadi lima bagian yang disebut Onder Afdeling yang dikepalai oleh Tuan Petoro. Kemudian setiap Petoro dibagi lagi menjadi Petoro Besar selaku Asisten Residen, Petoro Menengah selaku Kontroler/Pengawas, dan Petoro Kecil yang menjadi bawahan Petoro Menengah. Ketiga tingkatan kekuasaan itu masing-masing dijabat oleh Belanda. Sedangkan posisi dibawahnya barulah diisi oleh orang pribumi, itupun melalui seleksi yang sangat ketat.
Adapun kelima bagian Afdeling Bone, antara lain :
1. Onder Afdeling Bone Utara, dengan ibukota Pompanua
2. Onder Afdeling Bone Tengah, dengan ibukota Watampone
3. Onder Afdeling Bone Selatan, dengan ibukota Mare
4. Onder Afdeling Wajo, dengan ibukota Sengkang
5. Onder Afdeling Soppeng, dengan ibukota Watangsoppeng.
Simpul pemerintahan dijalankan oleh Belanda, namun dengan alasan praktis setiap kerajaan tetap berjalan sesuai adatnya masing-masing akan tetapi tidak mempunyai persenjataan perang. Bahkan senapan-senapan buatan Inggris yang banyak ditemui ditiga kerajaan semua disita oleh Belanda.
Kerajaan Bone dijalankan oleh Ade’ Pitu (Adat Tujuh) karena Karaeng Sigeri yang melawan Belanda diasingkan di Bandung. Di Kerajaan Wajo dijalankan oleh Arung Matowa Wajo karena masih mau bersahabat dengan petinggi Belanda, begitupula kerajaan Soppeng yang bernaung di bawah Afdeling Bone.
Diawal pemerintahan, Belanda menuntut cukai kepada warga sebanyak 3 ringgit perkepala sebagai pengganti biaya perang. Kemudian dipenghujung 1910 pembangunan ketiga kerajaan dilakukan termasuk infrastruktur jalan. Namun pembangunan jalanan itu harus dibayar mahal oleh warga dengan kerja paksa (rodi). Laki-laki yang berusia di bawah 60 tahun diwajibkan bekerja, bagi yang tidak mau harus membayar sebesar 3 ringgit.
Pada saat itu warga dari ketiga kerajaan sangat mendukung program pembangunan yang dijalankan Belanda meskipun tak sedikit nyawa melayang. Setelah pembangunan jalan yang menghubungkan antara Onder Afdeling Bone Utara menuju Onder Afdelin Bone Tengah selesai dibangun (Jalan wajo sekarang ini), barulah pusat pemerintahan dipindahkan ke Watampone.
Kabar meninggalnya Karaeng Sigeri pada 11 November 1911 di Batavia sampai kepada Asisten Resident Afdeling Bone dan langsung menyampaikan kepada Ade’ Pitu (Adat Tujuh). Pada saat itu Ade’ Pitu bingung menentukan siapa raja selanjutnya yang bisa menggantikan Karaeng Sigeri. Sementara itu Belanda tidak terlalu memperhatikan tentang siapa raja selanjutnya, mereka hanya mengurusi soal pembangunan infrastruktur di Kerajaan Bone.
Pada hari Kamis, 12 April 1931 Ade’ Pitu berhasil mengukuhkan La Mappanyukki sebagai Raja Bone ke 32, ia menggantikan Karaeng Sigeri. Proses pemilihan dan pengukuhan memakan waktu yang cukup lama, itupun setelah mendapat restu dari Belanda.
Pada saat pengukuhan La Mappanyukki sebagai raja Bone ke-32 dihadiri oleh Andries Cornelies Dirk de Graeff seorang pembesar Belanda dari Batavia. Proses pengukuhan dilakukan dengan secara sakral. Dengan demikian kerajaan Bone kembali memiliki pemimpin meskipun terkesan dipaksakan oleh Belanda.
La Mappanyukki seorang yang saleh, beliau tak tanggung-tanggung meminta bantuan semen untuk mendidirikan Masjid Watampone tahun 1941 (Masjid Raya Watampone Sekarang, Jalan Masjid Watampone). Dengan kerendahan hati, Asistent Resident Bone pada saat itu memberikan bantuan. Mereka berpikir, bahwa lebih baik ia yang memberikan bantuan ketimbang Belanda yang memberikan. Karena kalau Belanda yang memberikan bantuan otomatis mengirim misionarisnya ke Bone yang hanya akan memperkeruh suasana.
Hegemoni kekuasaan memang tak pernah abadi, ada pergantian antar waktu, ada secara periodik, seperti halnya yang dialami pemerintahan Belanda. Pada akhir tahun 1941 terjadi ketegangan antara otoritas Belanda di Batavia dengan tentara Jepang. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1942 Jepang dan Belanda bertempur di Selat Makassar, Belanda kalah.
Perang itu berujung pada jatuhnya Makassar ke tangan Jepang pada tanggal 10 Februari 1942. Sejak itu, tentara Jepang mulai melakukan ekspansi ke seluruh negeri jajahan Belanda di Sulawesi Selatan termasuk sasaran utamanya adalah Bone. (Nantikan Kisah Selanjutnya dengan topik yang berbeda)
(Mursalim)

Dari Afdeling Bone Hingga NKRI

$
0
0
 

Ketika berhasil menguasai Watampone, Belanda mulai merombak total sistem pemerintahan di kerajaan Bone. Pada tanggal 2 Desember 1905 Persekutuan Tellumpoccoe yang terdiri dari Bone,Wajo,dan Soppeng dibubarkan. Setelah Tellumpoccoe dibubarkan kemudian disatukan dan diganti dengan nama “Afdeling Bone” yang dikepalai oleh seorang Asisten Residen.
Selanjutnya Apdeling Bone dibagi menjadi lima bagian yang disebut Onder Afdeling yang dikepalai oleh Tuan Petoro. Kemudian setiap Petoro dibagi lagi menjadi Petoro Besar selaku Asisten Residen, Petoro Menengah selaku Kontroler/Pengawas, dan Petoro Kecil yang menjadi bawahan Petoro Menengah.
Ketiga tingkatan kekuasaan itu masing-masing dijabat oleh Belanda. Sedangkan posisi dibawahnya barulah diisi oleh orang pribumi, itupun melalui seleksi yang sangat ketat.
Adapun kelima bagian Afdeling Bone, antara lain :
1. Onder Afdeling Bone Utara, dengan ibukota Pompanua
2. Onder Afdeling Bone Tengah, dengan ibukota Watampone
3. Onder Afdeling Bone Selatan, dengan ibukota Mare
4. Onder Afdeling Wajo, dengan ibukota Sengkang
5. Onder Afdeling Soppeng, dengan ibukota Watangsoppeng.
Simpul pemerintahan dijalankan oleh Belanda, namun setiap kerajaan tetap berjalan sesuai adatnya masing-masing tetapi tidak mempunyai persenjataan perang. Kerajaan Bone dijalankan oleh Ade’ Pitu (Adat Tujuh) karena Karaeng Sigeri yang melawan Belanda diasingkan di Bandung. Di Kerajaan Wajo dijalankan oleh Arung Matowa Wajo karena masih mau bersahabat dengan petinggi Belanda, begitupula kerajaan Soppeng yang bernaung di bawah Afdeling Bone.
Seperti pada tulisan sebelumnya Hegemoni kekuasaan memang tak pernah abadi, ada pergantian antar waktu, ada secara periodik, seperti halnya yang dialami pemerintahan Belanda. Pada akhir tahun 1941 terjadi ketegangan antara otoritas Belanda di Batavia dengan tentara Jepang. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1942 Jepang dan Belanda bertempur di Selat Makassar, Belanda kalah.
Perang itu berujung pada jatuhnya Makassar ke tangan Jepang pada tanggal 10 Februari 1942. Sejak itu, tentara Jepang mulai melakukan ekspansi ke seluruh negeri jajahan Belanda di Sulawesi Selatan termasuk sasaran utamanya adalah Bone.
Negeri hindia Belanda termasuk Indonesia pada masa itu dijuluki negeri kolonial, namun orang Bone tidak mau wilayahnya dijadikan sebagai target perasan imperialis. Terbukti berbagai perlawanan yang ditujukan kepada imprelis Belanda, baik perlawanan itu dilakukan secara halus dan senyap maupun dilakukan secara frontal.
Belanda hengkang kini giliran Jepang ingin menanamkan hegemoninya di tanah Bone. Berdasarkan perjanjian kalijati, Hindia Belanda resmi diberikan kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Hindia Belanda adalah negeri jajahan Belanda sekarang ini disebut Indonesia.
Sejak awal Februari 1942 Jepang telah menduduki makassar, mereka sudah sibuk melakukan ekspansi ke pedalaman Sulawesi Selatan dan sasaran utamanya adalah Bone. Sebuah kenyataan yang tak terelakkan bagi Bone, Jepang datang dengan gaya kedisiplinan yang sangat tinggi, waktu adalah kerja.
Hal utama yang dilakukan Jepang setelah masuk Bone, yaitu mengubah penyebutan istilah pemerintahan hasil bentukan raja Bone maupun Belanda. Mereka mengganti penyebutan posisi pemerintahan dengan bahasanya sendiri, yakni bahasa kanji-Jepang.
Istilah Mangakau diganti dengan nama “Sutyoo”, Adat tujuh diganti dengan “Sutyoo Dairi”, Arung Palili diganti dengan “Guntyoo”, dan Kepala kampung diganti dengan nama “Sontyoo”. Selanjutnya Controleur Petoro diganti menjadi Bungken Kanrikan. Kemudian Asistent Resident diganti dengan nama “Ken kanrikan”. Jepang hanya mengubah penyebutannya dengan bahasanya sendiri, namun kerangka dan sistem dalam menjalankannya tetap apa yang sudah dibentuk oleh Belanda.
Apa yang dirasakan orang Bone? Belanda hengkang dari Bone dengan meninggalkan kekacauan, kini Jepang datang dengan menciptakan bencana kelaparan. Aksi-aksi kriminal menjadi hal yang biasa terjadi pusat-pusat keramaian dan pertokoan di Watampone. Intinya perekonomian ambruk total, dan tidak jelas program apa yang akan dilakukan Jepang, mereka belum berpengalaman dan mengenal orang Bugis Bone.
Salah satunya yang dilakukan Jepang adalah membentuk jejaring kelembagaan yang bermuara pada satu titik kepentingan. Yang penting bagaimana mendapatkan sumber daya untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya. Mereka berupaya menarik simpati rakyat Bone, kita bersaudara.
Jepang mulai membentuk beberapa organisasi seperti Kumiai (koperasi), Tonarigumi (semacam RT), Seinendan (barisan pemuda), Keibodan (barisan keamanan), Hokokai (himpunan kebaktian rakyat), kemudian yang paling terkenal yaitu PETA (pembela tanah air) yaitu kekuatan militer pribumi tetapi keperluan untuk Jepang.
Sementara itu, Jepang mulai menciptakan suatu kebijakan cukup cerdas yang berlaku diseluruh nusantara, kebijakan itu adalah “Wajib Beras”. Maksudnya, beras wajib masuk ke gudang-gudang Jepang untuk persediaan perbekalan tentara mereka yang sibuk bertempur dengan Amerika. Kebijakan itu jelas petani berontak. Diawal tahun 1943 terjadi pemberontakan para petani di Sulawesi Selatan.
La Mappanyukki selaku raja Bone pada saat itu tidak bisa berbuat banyak. Kerajaannya tidak memiliki kekuatan apapun termasuk teknologi persenjataan sehingga membuatnya serba salah. La Mappanyukki sadar, tidak mungkin bersekutu dengan Jepang dan hanya akan membuang nyawa rakyatnya jika ingin melawan.
Untung saja, seorang pejuang pribumi dari Batavia yang mampir ke Makassar dalam urusan negosiasi untuk membentuk pasukan laut pribumi. Dia adalah Soekarno yang mendatangi raja-raja di Sulawesi Selatan. Kemudian mengumpulkan mereka pada suatu forum rahasia, untuk menjelaskan betapa pentingnya negara kesatuan. Soekarno berupaya menjelaskan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kepada mereka, dan atas kepiawaian soekarno semua raja yang hadir mendukungnya.
Apa hendak dikata, naas bagi Jepang dua kota besarnya hancur berantakan dibom oleh Amerika. Hanya dalam rentang tiga hari. Hirosima dibom tanggal 6 Agustus dan Nagasaki 9 Agustus 1945. Impian Jepang untuk membangun persekutuan Asia Timur Raya pupuslah sudah.
Seluruh pasukan negeri sakura di Indonesia kini menunggu giliran sambil meratapi nasib untuk pulang ke negaranya. Banyak diantara mereka melakukan harakiri, mereka memilih bunuh diri. Tetapi ada juga yang melepas seragam tentaranya dan tidak mau pulang ke kampungnya di Jepang yang sudah berantakan.
Sementara itu, hasil pertemuan rahasia Sukarno dengan raja-raja di Sulawesi Selatan dengan penunjukan tokoh-tokoh yang mewakili Sulawesi Selatan untuk menghadiri pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Tokoh-tokoh yang dimaksud antara lain Andi Pangerang Petta Rani, Mr.Zainal Abidin, Dr.Samratulangi, dan La mappanyukki ditunjuk sebagai penasihat.
Seperti kita ketahui pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari paling bersejarah Nusantara. Akhirnya Dr.Samratulangi diangkat menjadi Gubernur Provinsi Sulawesi,namun bukan berati perang berakhir. Di Sulawesi Selatan gejolak revolusi mulai bangkit dan tak terbendung.
Sekutu dan NICA tiba di Makassar tanggal 23 September 1945, dengan tujuan membasmi sisa-sisa tentara jepang yang ada berlindung di Benteng Rotterdam. Dipihak lain Samratulangi sebagai gubernur Sulawesi harus bertindak cepat, ia kemudian mendatangi La Mappanyukki di istananya dan segera mengumpulkan raja-raja lainnya.
Hasil pertemuan raja-raja tersebut menghasilkan dokumen kesepakatan dan kemudian dokumen tersebut diserahkan kepada pimpinan NICA di Makassar. Inti dokumen itu, bahwa seluruh raja-raja Sulawesi mendukung Samratulangi sebagai gubernur Sulawesi dan bernaung di bawah NKRI.
Mayor Wagner selaku komandan NICA di Makassar menanggapi dokumen tersebut, dan ia mengatakan, bahwa Belanda tidak berurusan dengan hal itu, karena tujuan mereka hanya membantu soal administrasi. Namun, apa yang terjadi, ternyata Belanda berbohong, Samratulangi selaku gubernur Sulawesi dibuang ke Irian Jaya.
Sebagaimana diketahui, Sejak Soekarno membakar semangat raja-raja Bugis untuk bersatu, sejumlah organisasi nasionalis terbentuk seperti halnya Laskar Pemberontak Rakyat Indonseia Sulawesi (LAPRIS) yang dibentuk tanggal 17 Juli 1946. Di bawah Lapris berdiri sub-sub pergerakan antara lain, Kris, Kris Muda, Harimau Indonesia, Lipan Bajeng, Pemuda Merah Putih, Soekarno Muda, Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI), dan masih banyak yang lain. Semua pergerakan itu dipelopori raja-raja Bugis yang mendapat dukungan dari pusat.
Tujuan LAPRIS antara lain, 1)menghambat pergerakan musuh, 2)membasmi mata-mata dan kaki tangan NICA, 3)merampas senjata musuh, 4)melakukan penghadangan terhadap NICA. Sehingga sejak LAPRIS terbentuk, Belanda banyak mengalami kerugian termasuk korban jiwa. Marak terjadi penghadangan dan pembunuhan tentara NICA jika sedang patroli.
Akibatnya, pada tanggal 11 Desember 1946, Van Mook Gubernur Jenderal Belanda di Batavia mengeluarkan surat keputusan yang menyatakan wilayah Sulawesi Selatan dalam keadaan darurat perang. Kemudian Van Mook mengirim Reymond Westerling dengan membawa 120 tentara intelejen yang professional melakukan aksi pembersihan di Sulawesi Selatan.
Reymond Westerling seorang tentara yang tangguh dan tidak mengenal belas kasihan, jika pihak musuh tidak mau menyerah dan tetap bertahan, tidak segan-segan melakukan penyiksaan dan pembunuhan massal. Pada Februari 1947 terkumpul sekitar 40.000 mayat rakyat sipil Sulawesi Selatan yang tidak tahu apa-apa. Dengan kejadian tragis itu, terpaksa para pejuang menyerah pada tanggal 3 Juli 1947.
Selanjutnya para pemimpin pergerakan LAPRIS yang masih hidup ditangkapi dan dibuang ke Ternate. Sebagian yang masih hidup akhirnya dibebaskan pada tahun 1950 setelah Soekarno menandatangani Koneferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg).
Sementara itu, raja Bone terakhir La Pabbenteng Petta Lawa naik takhta 1946 atas keputusan NICA. Sebelum jadi raja La Pabbenteng berbaikan dengan NICA, kerapkali dijadikan sebagai simbolis agar tentara NICA aman dalam perjalanan darat. Bahkan La Pabbenteng karena prestasi kemiliterannya digelar sebagai “Kapten Tituler” dan setelah naik takhta pangkatnya dinaikkan menjadi “Kolonel Tituler”
Kemudian pada tanggal 12 November 1948, Gubernur Jenderal Belanda di Makassar melimpahkan posisi kepada La Pabbenteng menjadi Ketua Adat Tinggi. Itulah sejarah panjang kerajaan Bone yang dirintis sejak 1330 oleh Manurungnge harus berakhir tahun 1950. Demikian pula Ade’ Pitu pun bubar sudah.
Kerajaan Bone dalam Integrasi NKRI
Rakyat Sulawesi sebagian tidak menerima hasil Konferensi Meja Bundar, karena Soekarno menyetujui pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Karena itu, otomatis mengubah konsep negara kesatuan dan Makassar menjadi ibukota. Sebagian besar tokoh yang menolak hasil perjanjian itu mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah pusat.
Banyak pejuang yang awalnya pro-indonesia menjadi pembelot. Kahar Muzakkar memprakarsai pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). Kemudia PRRI Permesta digagas oleh tokoh revolusioner 1945. Kemudian disusul pemberontakan Andi Aziz di Makassar. Selanjutnya RIS dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan kembali menjadi Republik Indonesia.
Namun, pada era 1950-1959 kondisi Sulawesi Selatan masih terus bergejolak. Hutan dan perbukitan, lembah dan ngarai menjadi basis pertahanan para pemberontak yang amat sulit ditembus, dan baru mereda memasuki dekade 1970-an.
Memasuki era perdamaian, masyarakat Bone kembali terkonsentrasi pada pemerintahan sudah mulai tertata, perekonomian dan pembangunan lainnya berjalan. Para saudagar Bugis Bone kembali melakukan aktivitasnya di Pelabuhan Bajoe. Sebagian besar petani Bugis masih mengikuti komoditas pasar yang dirintis pedagang Cina, yaitu korpra (kaloko). Budidaya kelautan mulai digalakkan. Pendidikan mulai merata, kampus-kampus mulai berdiri dikemudian hari.
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah tingkat II di Sulawesi, pada tanggal 4 Juli 1959 pembentukan Kabupaten Bone akhirnya disahkan di Jakarta. Demikian Bone menjadi sebuah kabupaten dengan luas 4.559 km² yang tahun 2015 terdiri dari 27 kecamatan, 328 desa, 44 kelurahan, yang dihuni 738.515 jiwa dengan ibukota Watampone.
Itulah perjalanan panjang terbentuknya kabupaten Bone yang sesungguhnya berasal dari suatu bentuk integrasi kerajaan besar yang banyak melahirkan pejuang mendunia yang banyak menyimpan sejarah panjang  dan misteri selama 685 tahun lalu.
(MURSALIM) .

Polo Malelae, Perjanjian Bone-Luwu

$
0
0
 
Sering kita mendengar terjadi konflik antar dua kelompok yang mengatasnamakan dirinya orang Bone dan orang Luwu. Tidak dipungkiri sering menjatuhkan korban dikedua belah pihak. Tentu halnya sangat disayangkan, sebagai akibat mereka-mereka tidak pernah ingin membaca untuk mengetahui sejarah.

Dengan harapan tulisan ini bisa menjadi bahan introspeksi bagi kita semua, untuk tidak melahirkan konflik yang mana sangat merugikan kedua belah pihak yang berseteru. Persaingan secara sehat yang tercipta bertujuan untuk melahirkan sebuah perubahan mengarah ke hal-hal yang sifatnya baik dan dapat berguna bagi diri kita, bangsa dan Negara.

Dalam catatan sejarah perjuangan Kerajaan Bone mengatakan bahwa, Polo Malelae Unnyi adalah sebuah perjanjian perdamaian antara dua Negara / Kerajaan yaitu Bone dan Luwu dalam mengakhiri Perang Cellu. Adapun isi perjanjiannya sebagai berikut :

1. " Makkedai Arumpone (Berkata Raja Bone) : Mali siparappeki, mareba sipatokkokki, dua ata seddi puang. Gauku Luwu gau'na Bone, manguruja- manguru deceng.
Terjemahannya : Kita naikkan yang hanyut, kita tegakkan yang rebah. Dua rakyat satu raja, tindakan Luwu tindakan Bone, sama-sama menanggung buruk baiknya.
Maksudnya, kita bantu bagi yang membutuhkan bantuan, rakyat dan raja Bone bersatu dengan rakyat dan raja Luwu dalam menghadapi segala tantangan.
2. Tessipamate-matei, sisappareng akkenunggi, tessibaweng pawengngi, tessitajeng alilungngi.
Terjemahnnya : Tidak saling mematikan, saling menunjukkan hak milik, tidak saling menghina, dan tidak saling mencari kesalahan.
Maksudnya, Bone dan Luwu jangan saling mencelakakan, tetapi mestinya saling menghormati dan menghargai hak milik masing-masing.
3. Namauna siwennimua lettu'na to Bone ri Luwu, Luwuni. Namauna siwennimua lettu'na Luwue ri Bone, to Boneni mennang.
Terjemahannya : walaupun baru satu malam orang Bone berada di Luwu, maka mereka sudah menjadi orang Luwu, walaupun baru satu malam orang Luwu berada di Bone, maka mereka sudah menjadi orang Bone.
Maksudnya, orang Luwu ataupun orang Bone diperlakukan, dihargai, dan dihormati sama seperti kalau mereka berada di negeri sendiri di Bone ataupun di Luwu.
4. Tessiagelliang tessipikki, bicaranna Bone bicaranna Luwu, ade'na Bone Ade'na Luwu, Ade'na Luwu ade'na Bone.
Terjemahannya : Tidak salaing memarahi dalam kesulitan, masalahnya Bone masalahnya Luwu, adatnya Bone adatnya Luwu, adatnya Luwu adatnya Bone.
Maksudnya, Bone dan Luwu bersama-sama bertekad menyelesaikan masalah mereka berdasarkan ketentuan hukum dan norma adat masing-masing.
5. Tessiacinangngi ulaweng matasa, pattola malampe.
Terjemahannya : Tidak saling mengingingkan emas murni dan calon generasi penerus.
Maksudnya, Bone dan Luwu tidak saling mengambil hak dan mencampuri masalah urusan dalam negeri masing-masing sampai generasi selanjutnya.
6. Niginigi temmaringngerang riulu adae, iyya risering parowo ri Dewatae lettu ritorimunrinna. Iyya makkuwa ramunramunna, apu-apunna ittello riaddampessangnge ri batue.
Terjemahannya : Barang siapa yang mengingkari perjanjian perdamaian ini, maka dialah akan disapu seperti sampah oleh Allah sampai kepada anak cucunya, dan negerinya akan hancur seperti telur yang dihempaskan kebatu.
Maksudnya, Bila Luwu dan Bone mengingkari perjanjian Perdamaian ini, maka akan mendapat kutukan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah kita menyimak isi perjanjian atau ulu ada di atas, dapat disimpulkan bahwa peperangan bukan sebuah solusi untuk menuju kesejahteraan. Tetapi persahabatan adalah sebuah solusi untuk kita hidup berdampingan dan bersama-sama meraih kesejahteraan.

Dengan harapan semoga tulisan kecil ini bisa terbaca dan dimaknai oleh masing-masing kalangan khususnya Bone-Luwu sehingga dapat menjadi pemebelajaran bagi generasi. Ulu Ada Polo Malelae ri Unnyi bukti persaudaran Bone-Luwu hingga waktu tak terbatas.

Ulu Ada dalam bahas Indonesia disebut Perjanjian. Polo berarti patah Malelae berarti besi yang sangat kuat sulit dipatahkan. Dalam bahas Bugis biasa disebut bessi mancing, yaitu diibaratkan besi beton yang sangat kukuh. Unnyi adalah sebuah dusun yang terletak di Kelurahan Unnyi, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone.

Gugurnya Sang Ayam

$
0
0
Disuatu sore tepatnya diawal September 1660, Datu Mario sedang berjalan kaki pulang dari tempat penggalian menuju Bontoala. Pada hari itu semenjak dari pagi perasaannya selalu gelisah. Wajah ayah dan ibunya terbayang di matanya silih berganti. Begitupula bayangan isterinya I Mangawani Daeng Talele. Hatinya terasa pedih tersayat-sayat. Dia mempercepat ayunan langkahnya, semakin dekat Bontoala semakin dipercepat pula langkahnya.

Saat tiba di balai-balai rumahnya dilihatnya ibu dan isterinya sedang bertangis-tangisan. Perasaan khawatir dalam benaknya. Dia mendekat kepada kedua orang itu, kemudian bertanya : " Ibunda Mengapa Engkau dan Menantumu Menangis? "

Sang Ibu merangkul leher Datu Mario lalu berkata : " Tabahkanlah hatimu, Wahai Anakku, Sabarkanlah hatimu, dan Teguhkan jiwamu kepada Tuhan, Ayahmu sudah tidak ada Nak! Dia sudah pergi meninggalkan kita tengah hari tadi, Dia telah berpulang ke Rahmatullah" 

"Jadi di mana mayat Ayah saya, Bunda? Apakah sudah dikuburkan sehingga tidak diperlihatkan kepadaku?"
Demikian ucapan Datu Mario bertanya dengan muka pucat. Datu We Tenrisui menoleh kepada menantunya dan berkata : " Nak, kamulah yang menceritakan kakakmu, sebab aku tidak bisa ingat apalagi mengurut-urutkan peristiwanya " (bersambung)

Asyik Menulis Google Kasih Uang

$
0
0
Era globalisasi tak terbendung seiring perkembangan teknologi informasi berbasis internet, memungkinkan manusia atau orang semakin berpeluang untuk memperoleh apa yang diinginkan. Namun, semuanya tergantung bagaimana kesiapan orang itu sendiri.

Google adalah sebuah perusahaan multinasional Amerika Serikat yang menyiapkan jasa dan produk Internet. Produk-produk tersebut meliputi teknologi pencarian, komputasi web, perangkat lunak, dan periklanan daring.

Salah satu usaha Google yang paling kesohor hingga saat ini yang mampu menghasil bilyunan rupiah adalah Adsense. Mereka yang sering dijuluki Om Google ini, tidak hanya mendapatkan laba untuk dirinya sendiri, namun juga memberikan peluang kepada siapa saja untuk mendaptkan hasil, khususnya pengguna internet.

AdSense merupakan program kerja sama periklanan melalui media Internet yang diselenggarakan oleh Google. Melalui program periklanan AdSense, pemilik situs web atau blog yang telah mendaftar dan disetujui keanggotaannya diperbolehkan memasang unit iklan yang bentuk dan materinya telah ditentukan oleh Google di halaman web mereka.

Pemilik situs web atau blog akan mendapatkan pemasukan berupa pembagian keuntungan dari Google untuk setiap iklan yang diklik oleh pengunjung situs, yang dikenal sebagai sistem pay per click (ppc) atau bayar per klik.

Pemilik Web atau blog hanya bertanggung jawab bagaimana memberikan informasi yang bermamfaat baik dalam bentuk tulisan, gambar, foto, atau video yang tidak bertentangan privasi dan kebijakan yang diterapkan oleh Google.

Anda tinggal menulis artikel untuk mengisi blog atau web sehingga bisa dibaca oleh pengguna internet, sambil mereka membaca kalau kebetulan mengklik iklan dari Adsense yang tertayang di web Anda, maka Anda akan dikasih uang dari Om Google. Untuk mengetahui secara jelas Asyik Menulis Google Kasih Uang langsung saja Klik Google Adsense.

Musik Stambul

$
0
0
Salah satu jenis musik yang tidak banyak dikenal oleh khalayak umum adalah musik stambul. Mungkin setiap orang mengenal musik klasik, pop, jazz, rock, dan keroncong. Tapi musik yang satu ini tidak banyak diketahui khususnya bagi pemusik-pemusik masa kini.

Dimasa perjuangan musik stambul sering terdengar di hutan belantara yang dimainkan para gerilyawan. Disaat istirahat mereka bermain stambul sambil menikmati kesepiannya sekaligus sebagai pengobat kerinduan kepada keluarga yang ditinggalkan.

Musik stambul dapat dimainkan dengan menggunakan gitar, yang membedakan adalah stem dan cara petiknya. Musik stambul menghasilkan bunyi yang mengalun dari hasil rangkaian melodi yang mencapai hingga 16 bar. Untuk mempelajari musik stambul tak semudah membalik telapak tangan.

Istilah stambul sendiri bersal dari kata Istanbul yaitu salah satu kota terbesar di negara Turki, namun dalam perkembangannya penyebutan huruf N menjadi M sehingga menjadi stambul sampai saat ini.

Dari berbagai referensi, jenis musik stambul muncul di Indonesia sekitar abad 20-an, berawal dari panggung rombongan sandiwara keliling yang mementaskan sandiwara cerita 1001 malam yang berasal dari Istanbul Turki.

Di sandiwara tersebut iringan musiknya hampir sama dengan iringan musik keroncong atau langgam, gitar melodi yaitu alat musik yang dominan untuk sebuah lagu stambul.

Salah satu kekhasan yang dimiliki musik stambul juga adalah dengan hanya permainan gitar secara instrumental tunggal (melodi gitar) di suasana malam yang sepi, stambul dapat dinikmati.

Stambul terdiri dari 16 bar dengan birama 4/4, setiap lagunya terdiri dari 4 lagu. Selain itu irama dimulai di birama ketiga dan selalu jatuh di acord IV yang merupakan ciri-ciri musik stambul. Nuansa stambul sendiri hampir sama dengan musik padang pasir dari Timur Tengah.

Kini istilah stambul sendiri jarang digunakan oleh para penikmat musik. Tidak jarang pula banyak yang menganggap bahwa stambul dan keroncong adalah jenis musik yang sama. Padahal secara teknis tidak sama. Namun, Pada dasarnya musik stambul tidak teripisahkan dengan musik keroncong, karena musik stambul merupakan perkembangan dari musik keroncong sendiri.

Penulis sendiri bisa sedikit bermain gitar, terkadang memainkan gitar yang menurut orang yang mendengarnya, itu adalah seperti musik stambul. Entah benar atau salah yang pasti saya akan perdengarkan kepada Anda, namun bukan saat ini, tapi tunggu pada tulisan saya berikutnya dengan judul Stambul Bugis.
(Mursalim)

Koleksi Lagu Bugis Bone

$
0
0
Lagu merupakan suara yang berirama. Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua, bertiga ataupun beramai-ramai. Namun ada juga yang bersifat prosa bebas. Lagu dapat dikategorikan pada banyak jenis, bergantung kepada ukuran yang digunakan.

Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Nyanyian merupakan gubahan suara teratur biasanya diiringi dengan alat musik.

sehingga bernyanyi merupakan melafalkan syair sesuai nada, ritme, dan melodi tertentu hingga membentuk harmoni. Karena suara atau yang tidak teratur hanya menghasilkan gaduh.

Berikut ini beberapa contoh syair dan lagu yang bisa didengar yaitu koleksi lagu Bugis yang digubah sendiri oleh penulis, siapa nyana bisa menghibur rasa dikala gundah gulana.



Sejarah Penetapan Hari Jadi Bone (HJB)

$
0
0
Perayaan Hari Jadi Bone awalnya dirintis Bupati Bone ke-12 Andi Syamsu Alam (1983-1988). Beliau memiliki kepribadian yang menonjol senantiasa menjunjung tinggi sejarah dan budaya. Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Bupati Bone ke-13 Andi Syamsoel Alam (1988-1993). Beliau juga dikenal memiliki kedisiplinan yang cukup tinggi, namun tidak melupakan apa yang telah dirintis pendahulunya. Nama keduanya hampir sama namun berbeda.
Melalui berbagai tahapan seminar dengan melibatkan para ahli sejarah, dua tahun kemudian terbit Perda Kabupaten Bone Nomor 1 Tahun 1990 Tanggal 22 Maret 1990 Seri C Nomor 1.
Inti Perda tersebut, bahwa Hari Jadi Bone ditetapkan pada tanggal 6 April terhitung sejak masa pemerintahan Raja Bone ke-1 ManurungngE Ri Matajang (1330-1365). Sedang Tanggal 6 April diambil dari tanggal pelantikan Raja Bone ke-16 Lapatau Matanna Tikka MatinroE Ri Nagauleng (1696-1714)
Kerajaan Bone berdiri sejak tahun 1330 Manurungnge ri Matajang sebagai raja pertama. Jadi Manurungnge ri Matajang memimpin Bone selama 35 tahun. Tahun 1330 inilah yang menjadi awal perhitungan hari jadi Bone.
Seiring perkembangan kerajaan Bone yang mengalami pasang surut sebagai akibat pergolakan internal dan eksternal, kemudian Lapatau Matanna Tikka diangkat menjadi raja Bone ke-16 tanggal 6 April 1696, beliau memerintah selama 18 tahun. Tanggal 6 April inilah yang dijadikan bulan dan penanggalan untuk memperingati hari jadi Bone.
Sementara itu, setelah melalui perundingan-perundingan antara Jakarta-Bone, akhirnya kerajaan Bone bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 4 Juli 1959 dan berganti nama menjadi kabupaten Bone.
Hal tersebut diperkuat dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 Tanggal 04 Juli Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi termasuk Bone. Undang-undang ini disahkan dan diundangkan di Jakarta tanggal 04 Juli 1959 dalam Lembaran Negara Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1822 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi.
Dari catatan sejarah di atas, tahun 2016 Bone merayakan hari jadinya yang ke-686, yakni 1330-2016. Itulah sedikit catatan sejarah mudah-mudahan ada mamfaatnya bagi kita semua.

Bupati Bone Perintahkan Pakai Songkok To Bone, Perlu Diapresiasi

$
0
0
Bupati Bone Dr.H.Andi Fahsar Mahdin Padjalangi,M.Si. memerintahkan pemakaian Songkok To Bone bagi kalangan PNS lingkup Pemkab Bone perlu diapresiasi dan mendapat dukungan. Hal ini salah satu bukti kepedulian pemerintah kabupaten Bone dalam mengangkat harkat dan martabat orang Bone.

Bone dikenal sebagai salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara mempunyai spesifikasi tersendiri dibanding daerah lainnya. Bone yang dijuluki Bumi Arung Palakka ini banyak melahirkan pemimpin baik skala regional, nasional, maupun internasional.

Orang Bone adalah etnik Bugis berjiwa petarung apabila mereka berada di daerah lain tak pernah lupa adat istiadat leluhurnya baik prilaku dan karakternya. Dari sisi komunikasi bahasa saja sangat mudah diterka kalau dia orang Bone. Selain itu, kemanapun ia pergi mereka selalu membawa sarung. Walaupun sudah ada celana panjang namun Raja-raja Bone masa lalu selalu menggunakan sarung dengan cara mabbida' (memakai sarung bagian atas digulung di pinggang).

Songkok To Bone yang dikenal buah tangan orang Bone tersebut diciptakan tahun 1683 dan dipakai oleh pasukan kerajaan Bone yang dipimpin Arung Palakka sebagai identitas. Pada saat itu disebut songkok recca' masih polos seperti warna serat pelepah lontar yakni putih kecoklatan. Cara pembuatannya menggunakan semacam pola yang disebut assareng terbuat dari kayu nenas.

Dalam perkembangannya, Songkok recca kemudian bertambah namanya menjadi Songkok Pamiring berwarna hitam dan bagian tengahnya bercorak emas yang khusus dipakai dikalangan raja dan ponggawa kerajaan Bone pada masa pemerintahan Raja Bone ke-32 La Mappanyukki tahun 1931. Perubahan warna dari putih kecoklatan menjadi hitam dilakukan dengan cara menenggelamkan ke lumpur selama satu bulan.

Selanjutnya songkok recca-songkok pamiring-bertambah nama menjadi songkok to Bone pada tahun 1959 sampai sekarang setelah kerajaan Bone resmi bergabung dengan NKRI. Sejak itulah songkok bersejarah ini siapapun orang Bone bisa memakainya sehingga dinamakan Songkok To Bone, artinya songkoknya orang Bone. Demikian sejarah perjalanan penamaan songkok reca-songkok pamiring hingga songkok to Bone. (Mursalim)

Nyanyian Perang Suku Bugis

$
0
0
Bisa dibayangkan betapa dahsyatnya perlawanan prajurit Bugis dalam menghadapi bebagai serangan kolonial di Sulawesi Selatan. Kegigihan dan keperkasaan disenandungkan dalam berbagai nyanyian perang. Prajurit Bugis menyebut nyanyian perang itu sebagai elong osong.

Berikut elong osong yang yang sering diucapkan prajurit Bugis sebelum berangkat medan perang. Mereka tampil di depan raja dengan semangat membara memegang keris sembari mengacungkan ke langit sesekali menghujam ke bumi. Mereka menawarkan jiwa raganya menebus kebebasan dalam belenggu penjajahan.

Iyya bela, Iyya Pakkanna
E ... lakallolo magi muonro
Aga dega muissengngi makkedae
Pitu anak dara mabbaju eja
Tajekko ri pammassareng

Lesseko keloe ri tengngana jekkangnge
Nataliangngao gajang
Labetta massola-solae
Sola-sola mate temmassola-sola mate
Lebbini mate massola-solae

Terjemahan :
Wahai sekalian seluruh pasukan perang
Wahai anak muda mengapa tersendat maju
Apakah engkau tak tahu bahwa
Tujuh bidadari berbaju merah
Menunggumu di pusara

Menghindarlah kalian di tengah jalan
Nanti tersenggol senjata
Si pemberani tak takut mati
Pemberani akan mati
Yang tak beranipun akan mati
Lebih baik mati sebagai pemberani

Senandung nyanyian perang tersebut di atas alunannya terkadang melampaui batas-batas wilayah. Ketika nyanyian perang ini disenandungkan di tempat lain, maka alunannya pun melampaui batas wilayah daerah kekuasaannya.

Persoalannya sekarang sejauh mana perjuangan yang dikobarkan para pendahulu yang melampaui batas-batas wilayah dan kawasannya itu setajam pembela masa kini. Intinya bukan karena peristiwa dan kejadiannya melainkan fisafat sejarahnya.
Viewing all 127 articles
Browse latest View live